Demikian dikatakan Permukiman dan Prasarana Wilayah (Menkimpraswil), Sunarno di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Selasa (24/6). Tahun ini diprediksi akan terjadi kekurangan air di beberapa tempat di Indonesia, kata Sunarno kepada wartawan. Dikatakannya, perkiraan kekurangan tersebut akibat hujan yang datang di bawah normal.
Menurut Sunarno, dampak kekurangan air tersebut dirasakan para petani. Sebenarnya, kata Sunarno, jauh hari dia sudah meminta para petani untuk menyesuaikan pola tanamnya dengan musim yang berjalan. Tapi yang terjadi, para petani lebih suka berspekulasi dengan menanam tanaman yang tidak pas untuk musimnya. Padahal investasi pertanian membutuhkan biaya mahal, kata Sunarno.
Untuk mengantisipasi kekurangan air, kata Sunarno, jauh hari pemerintah mengusulkan membuat hujan buatan. Usulannya itu dilakukan ketika awan masih cukup, tetapi sejumlah tempat menyatakan keberatannya. Dampaknya baru dirasakan sekarang ini dan seluruh waduk di Jawa Tengah kondisi airnya dibawah normal, kata dia.
Waduk yang mengalami kekurangan air tersebut diantaranya, waduk Gajah Mungkur, Kedungombo dan waduk Wadas Lintang. Untuk mengatasi kesulitan air tersebut, dia meminta agar masyarakat melakukan efisiensi penggunaan air waduk. Menurut Sunarno, kekurangan air di Jateng juga akibat kerusakan hutan yang sudah parah.Menurut dia, hutan yang berfungsi menyimpan air dan pada musim kering bisa melepaskannya, sekarang sangat sedikit jumlahnya. Paling banyak hanya ada 20 persen, kata Sunarno.
Menurutnya, berdasarkan informasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), kekeringan tahun ini lebih parah dibandingkan tahun lalu. Untuk mengatasi kekeringan itu, kata Sunarno, tahun ini pemerintah telah menyediakan dana pengelolaan sumber air sebesar Rp 4 trilyun.
Kekeringan tahun ini juga membuat ratusan hektar lahan padi dan tanaman tebu di Kabupaten Jombang, Jawa Timur diserang hama tikus. Serangan paling parah terjadi di Kecamatan Kesamben dan Plandaan.
Kepala Desa Gebang Bunder, Jarot Subiantoro mengatakan, ada sekitar 50 hektare tanaman padi di daerahnya hancur dimakan tikus. Padahal padi tersebut baru berumur dua bulan. Sedangkan tanaman tebu siap panen yang diserang mencapai 30 hektar. "Hama tikus itu mulai menyerang sejak April lalu, kata Jarot.
Untuk memberantas hama tikus, warga melakukan penyergapan setiap malam, mulai jam 18.00 - 24.00 WIB. Untuk merangsang penduduk, pihaknya memberi hadiah Rp. 200,- untuk satu ekor tikus yang berhasil ditangkap warga. Akibat hama tikus, petani di Desa Gebang menderita kerugian sekitar Rp 750 sampai Rp 2 juta per hektare.
(anas syahirul, dwidjo u. maksum-TNR)