TEMPO Interaktif, Bali - Untuk mengatasi merebaknya virus rabies di Bali, pemerintah mengkombinasikan langkah eliminasi dan vaksinasi anjing. Keduanya dipandang perlu dan saling melengkapi.
Dirjen Peternakan Departemen Pertanian Tjepy D. Soedjana menyatakan, langkah eliminasi anjing liar dilakukan karena terbukti menjadi sumber penularan. Hingga saat ini, tercatat sudah 26.705 ekor anjing dibunuh dari total populasi anjing di Bali sebanyak 408.673 ekor. “Semoga bisa secepatnya mengatasi masalah,” ujarnya di sela Peringatan Hari Rabies Sedunia yang dipusatkan di Tabanan, Rabu (4/11).
Untuk vaksinasi, pihaknya telah mengirimkan 160 ribu dosis Virus Anti Rabies (VAR) untuk hewan. Selain itu, akan dikirimkan lagi 170 ribu dosis VAR yang berasal dari pemerintah dan bantuan dari AusAID. Sampai akhir tahun ini diharapkan sudah terealisasi penyaluran hingga 420 ribu VAR. Bila langkah itu bisa berkelanjutan, dia optimis , 70 persen dari total populasi anjing tervaksinasi.
Sementara itu Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PPLP) Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, Bali menjadi prioritas penyelesaian masalah. Sebab, kasusnya digolongkan parah padahal merupakan destinasi wisata dunia.
Jika tahun lalu kasusnya hanya terjadi di Badung dan Denpasar, maka saat ini telah menyebar di empat kabupaten lainnya.Yakni, Gianyar, Tabanan, Bangli dan Karangasem. Dinas Kesehatan sampai saat ini telah mengidentifikasi 14.264 kasus gigitan dan mengakibatkan 15 warga meninggal, empat di antaranya dengan hasil laboratorium positif.
Pemerintah telah mendirikan Rabies Center yang dilengkapi dengan penyediaan vaksin anti rabies (VAR) untuk manusia di enam wilayah di Bali. Depkes juga bekerjasama dengan WHO untuk melakukan pelatihan terhadap petugas medis rumah sakit, Puskesmas maupun klinik swasta. Upaya itu diharapkan akan mensukseskan program Bali bebas rabies pada 2012.
ROFIQI HASAN