TEMPO.CO, Jakarta - Tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta telah mengikuti debat perdana Pilkada Jakarta 2024, di JIExpo, Kemayoran, pada Ahad malam, 6 Oktober 2024 dengan tema penguatan sumber daya manusia dan transformasi Jakarta menjadi kota global.
Debat pilkada Jakarta diikuti oleh Ridwan Kamil-Suswono dari nomor urut 1, Dharma Pongrekun-Kun Wardana nomor urut 2, dan Pramono-Rano Karno nomor urut 3. Mereka memaparkan visi misi dan programnya saat segmen pertama debat, dan berlanjut ke pertanyaan panelis serta tanggapan dari masing-masing paslon.
Gelaran debat ini menuai sorotan dan kritikan dari pengamat politik Universitas Paramadina, Erik Ardiyanto. Berdasarkan pengamatan Erik, masing-masing paslon dianggapnya masih terpaku pada teks, terkesan seperti kurangnya pemahaman akan isi materi dan isu yang dihadapi.
Erik mewanti-wanti kondisi itu dapat mengurangi minat pemilih di Jakarta untuk mencoblos masing-masing paslon pada 27 November mendatang. Sebab kepercayaan publik menurun saat melihat kemampuan dan integritas pada kandidat dalam gelaran debat itu.
"Sesi pembukaan debat antar kandidat berjalan kurang substansial ini beresiko mengurangi minat pemilih. Saya kira sangat penting bagi setiap kandidat untuk menyajikan visi dan misi yang jelar agar dapat menyakinkan di awal dan menarik publik," kata Erik melalui keterangan tertulisnya, Senin, 7 Oktober 2024.
Erik turut mengomentari isu gender yang disampaikan ketiga paslon saat debat berlangsung. Menurut dia, kesadaran akan ketimpangan gender di Jakarta sudah mulai meningkat, hal ini dilihat Erik dari pemaparan masing-masing kandidat lewat visi misi dan programnya.
Meski begitu, Erik berharap program yang disampaikan para paslon ihwal gender ini dapat diimplementasikan secara konkrit dari kebijakan yang bakal diusulkan. Supaya program itu tidak terkesan asal bunyi saja, namun juga diikuti dengan rencana dan aksi nyata untuk membawa perubahan yang signifikan.
Soal masalah transportasi dan kemacetan di Jakarta, kata Erik, menjadi permasalahan nan krusial dan kerap menjadi pekerjaan rumah yang tidak terselesaikan. Adapun catatan yang diberikan Erik kepada para paslon, perihal program yang jelas dan realistis untuk disalurkan, supaya tidak terkesan obral janji ketika debat saja.
Erik mengkritik usulan salah satu paslon perihal mengurangi pergerakan mobilitas warga untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Menurut dia, metode ini tidak dapat menjadi solusi jangka panjang jika dilakukan tanpa perencanaan yang matang, serta strategi yang tak komprehensif.
"Ide penggunaan CCTV sebagai alat pengawasan warga, dapat dipertimbangkan secara serius untuk mencegah terjadinya kejahatan di kelurahan yang akhir-akhir ini marak terjadi. Tapi penting juga untuk memperhatikan aspek privasi warga," ucap Erik menambahkan kritikannya.
Lebih lanjut, Erik melirik isu yang menurutnya menarik untuk dibahas, ihwal potensi sumber daya manusia yang besar di Jakarta, serta rencana pengembangannya. Erik mengakui bahwa potensi sumber daya manusia di Jakarta besar, hanya saja perlu ditambahkan dengan tindakan konkret untuk mewujudkannya.
"Tanpa langkah-langkah nyata, hanya akan menciptakan kebingungan di kalangan publik," ucap Erik.
PIlihan Editor: Strategi Atasi Kemacetan Jakarta Menurut Ridwan Kamil, Pramono Anung, dan Dharma Pongrekun dalam Debat Pilkada