TEMPO.CO, Yogyakarta - Ribuan massa Jogja Memanggil menggelar teatrikal di depan Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta, Selasa 27 Agustus 2024. Dalam teatrikal itu mereka membawa manekin Presiden Joko Widodo dan sosok yang memakai topeng bergambar wajah Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Dua figur itu diarak massa mahasiswa dan aktivis ke sebuah replika alat Guillotine, sebuah alat untuk memancung mati tahanan di era Revolusi Prancis.
Lantas setelah berorasi, manekin Jokowi digantung dan pria dengan
topeng Prabowo Subianto dipenggal menggunakan alat itu.
"Gantung, gantung, gantung Jokowi, gantung Jokowi sekarang juga," teriak massa meluapkan kekecewaan terhadap pemerintahan Jokowi yang dianggap sudah merusak tatanan demokrasi Indonesia saat ini melalui kekuasannya.
“Adili, ganyang Prabowo di sini,” teriak massa aksi.
Dalam aksi yang dimulai sejak pukul 10.00 WIB itu, mahasiswa terus bergantian berorasi tentang kebijakan Jokowi selama memimpin. Salah satunya dugaan ambisinya membangun dinasti, dengan jalan merekayasa aturan-aturan untuk memuluskan jalan politik anak-anaknya. Mulai dari mengotak atik aturan syarat usai calon presiden dan wakil presiden hingga terbaru syarat usia kepala daerah.
Rezim Jokowi dinilai juga telah merusak sistem kenegaraan yang ada. Pelecehan konstitusi terjadi selama kepemimpinan Presiden Jokowi. “Gerakan ini menolak segala pelecehan, kerusakan sistem kenegaraan, konstitusi di eksekutif dan legislatif,” ungkap salah satu massa aksi, Reformati.
Sebelum konsentrasi di depan Istana Gedung Agung, massa yang terdiri dari berbagai elemen gerakan masyarakat sipil seperti Aliansi Jogja Memanggil, Forum Cik Di Tiro, Aliansi Mahasiswa, Aksi Sejagad, dan BEM se-DIY itu memusatkan aksinya di DPRD DIY Malioboro.
Aksi tersebut juga diwarnai dengan penggembokan pagar Kantor DPRD DIY menggunakan rantai besi dan pembakaran kaos bergambar Presiden
Jokowi.
Salah satu perwakilan massa aksi dari Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) UII M. Rafsan Jzani mengatakan, bahwa hingga hari ini semua masyarakat marah terhadap matinya demokrasi di negara ini.
"Semua masyarakat marah, semua elemen masyarakat marah terhadap matinya demokrasi di Indonesia ini, aksi damai kali ini untuk menuntut Jokowi, dan elit-elit politik untuk bisa mematuhi konstitusi, bukan malah mematikannya," kata dia.
Pilihan editor: Pansus Haji Gali Peran Menteri Agama dalam Pengalihan Kuota Haji 2024