TEMPO.CO, Jakarta - Isyarat PKS yang menunjukkan kemungkinan bergabung dengan KIM dan meninggalkan Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta 2024 telah menimbulkan reaksi. Pada Minggu, 11 Agustus 2024, puluhan warga Jakarta mendatangi Kantor DPP PKS dengan membawa spanduk yang meminta partai itu tetap mendukung Anies.
Massa yang berasal dari lima wilayah administratif Jakarta ini mengenakan pakaian hitam. Meskipun berorasi di depan kantor PKS, tidak ada pengurus partai yang menemui mereka karena hari libur.
Koordinator aksi Musa Dadap meminta PKS untuk konsisten mendukung Anies, karena menurut mereka, Anies telah membawa kesejahteraan bagi warga Jakarta selama masa jabatannya. "Kami harap Jakarta dipimpin Anies lagi, satu periode saja," kata Musa.
1. Rentan Kehilangan Pendukung
Peneliti Populi Center, Usep Saepul Ahyar mengatakan, PKS rentan kehilangan basis pendukungnya di Jakarta, jika memutuskan untuk meninggalkan Anies Baswedan dalam Pilkada 2024. Menurut Usep, kemenangan PKS di Jakarta pada pemilu legislatif lalu banyak dipengaruhi efek ekor jas dari Anies.
Menurut Usep, Anies memiliki basis pendukung yang kuat di Jakarta seperti yang terlihat pada Pilkada 2017. Hasil survei terbaru juga menunjukkan, elektabilitas Anies masih berada di atas kandidat lain seperti Ahok dan Ridwan Kamil.
"Suara partai pendukung seperti NasDem dan PKB juga meningkat di Jakarta saat mendukung duet Anies-Muhaimin," kata Usep saat dihubungi, Ahad, 11 Agustus 2024.
2. Pertimbangan
Pada Sabtu, 10 Agustus 2024, juru bicara PKS, Muhammad Kholid menyatakan, dukungan partainya untuk pasangan Anies Baswedan-Sohibul Iman di Pilkada Jakarta sudah kedaluwarsa. PKS kini mempertimbangkan untuk merapat ke KIM sebagai alternatif.
Kholid menjelaskan, meskipun ada aspirasi dari kader di akar rumput yang masih mendukung Anies, DPP PKS telah membuka peluang untuk opsi alternatif bersama KIM. "Sekarang kami mendalami komunikasi di opsi kedua ini dengan pimpinan KIM," katanya.
3. PKS Merespons Inisial S
Ketika ditanya tentang inisial S yang diungkapkan Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, sebagai bakal calon wakil Gubernur Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Muhammad Kholid menolak berspekulasi. Menurut Kholid hanya Airlangga yang mengetahui identitas sebenarnya dari inisial S.
"Tanya Pak Airlangga. Yang bocorin Pak Airlangga, tanyakan ke Pak Airlangga," katanya, pada Sabtu 10 Agustus 2024
4. Sinyal Merapat ke Prabowo
Pada Sabtu, 10 Agustus 2024, Presiden PKS Ahmad Syaikhu mengumumkan hasil musyawarah Majelis Syuro yang ke-11, yang menyiratkan potensi kerja sama antara PKS dan pemerintahan Prabowo Subianto. Syaikhu menjelaskan, PKS memiliki ikatan historis dengan Prabowo, terutama dalam dua pemilihan presiden sebelumnya.
Prabowo mengakui pihaknya sedang membangun komunikasi dengan PKS dan PKB menjelang pelantikannya sebagai presiden pada Oktober 2024. "Insyaallah dalam waktu dekat kami umumkan," kata Prabowo.https://nasional.tempo.co/read/1901723/prabowo-ungkap-komunikasi-dengan-pks-soal-pilgub-jakarta
6. Paguyuban Sopir Angkot
Sejumlah sopir angkutan umum yang tergabung dalam Paguyuban Sopir Mikrolet dan Angkutan Pengganti Bemo (APB) se-Jakarta mendatangi kantor DPP PKS di Jakarta Selatan pada Kamis, 8 Agustus 2024. Mereka menyampaikan aspirasi agar PKS tetap mendukung Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta.
Ketua Paguyuban, Hendra Marsial menyatakan, Anies layak kembali diusung menjadi Gubernur DKI Jakarta, karena kepeduliannya terhadap kesejahteraan warga, terutama melalui program Jaklingko. "Saya berharap para sopir di Jakarta bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik," katanya.
ANDI ADAM FATURAHMAN | NOVALI PANJI NUGROHO | SULTAN ABDURRAHMAN
Pilihan Editor: Buntut PKS Beri Sinyal Gabung KIM dan Tinggalkan Anies di Pilgub Jakarta