TEMPO.CO, Batam - Upaya partai politik membentuk koalisi gemuk berpotensi menciptakan pertarungan pilkada dengan calon tunggal dan kotak kosong di Pemilihan Wali Kota Batam. Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad menangapi potensi pilkada dengan calon tunggal di wilayahnya.
Menurut politikus Golkar ini, menciptakan pemilahan dengan kotak kosong adalah teknik berdemokrasi. "Semua ada teknis sendiri-sendiri berdemokrasi," kata Ansar kepada awak media usai bersilaturahmi dengan warga Batam, Sabtu 3 Agustus 2024.
Menurut Ansar, banyaknya tanggapan berbagai pihak terkait kotak kosong tersebut adalah hal wajar. "Siapa pengamat politik yg tidak setuju?, semuakan punya nilai masing-masing," kata Ansar
Ansar juga membantah, pandangan yang menyebutkan pertarungan dengan kotak kosong adalah cara tidak demokrasi karena tidak ada adu gagasan. "Nanti kan dipilih juga, bukan otomatis menang calon yang ada," kata Ansar yang juga saat ini sedang membangun koalisi besar maju di Pilgub Kepri.
Begitu juga yang dikatakan Nyanyang Haris Patimura Ketua Gerinda Kota Batam. Gerindra menjadi pengusung paling kuat untuk pasangan calon Amsakar Ahmad dan Li Claudia Chandra. Saat ini pasangan ini sudah mengantongi dukungan dari 11 partai, dari total 12 partai, artinya Amsakar-Li Claudia akan melawan kotak kosong.
Nyanyang mengatakan, pertarungan melawan kotak kosong adalah demokrasi. Sepakatnya partai mendukung calon adalah bentuk kepercayaan partai kepada pasangan tersebut.
"Sudah pasti kelihatan (Pilawako Batam melawan kotak kosong), itu adala bentuk kepercayaan partai mendukung pasangan Amsakar Ahmad dan Li Claudia Chandra," kata Nyanyang.
Menurut dia, partai yakin dan percaya pasangan ini bisa memajukan Kota Batam ke arah yang lebih baik. "Ini bukan borong perahu, tetapi kepercayaan, karena partai politik percaya ke Amsakar untuk batam lebih maju kedepan," katanya.
Berbagai pihak menyoroti fenomena melawan kotak kosong tersebut karena dinilai merusak demokrasi. Sebab, masyarakat tidak punya pilihan alternatif. Menurut Pakar Hukum dan Tata Negara Feri Amsari, fenomena kotak kosong bukanlah demokrasi yang sesungguhnya, karena demokrasi adalah adu gagasan.
"Kotak kosong bukan demokrasi konstitusional, tetapi demokrasi rekayasa yang seolah-olah demokrasi, sejatinya adalah bancakan partai politik, dan kepentingan elite, salah satu konsep demokrasi adalah pertarungan gagasan, kalau hanya satu calon, gagasan apa yang dipertarungkan," kata Feri.
Pilihan editor: Jokowi Gelar Ratas Bahas RAPBN 2025: Akomodasi Semua Program Prabowo