TEMPO.CO, Jakarta - Diplomat Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-West Papua Liberation Organization atau TPNPB-WPLO, John Anari menanggapi sikap pesimistis aparat keamanan ihwal pembebasan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens. Menurut dia, Satgas Damai Cartenz perlu belajar dari TPNPB.
"Tanggapannya (Satgas Damai Cartenz) memalukan diri sendiri," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu, 4 Agustus 2024.
Kepala Hubungan Masyarakat Satgas Damai Cartenz-2024, Komisaris Besar Bayu Suseno mengaku pesimistis terhadap kabar pembebasan Philip Mark Mehrtens oleh TPNPB-OPM itu. Sebab, ujarnya, aparat keamanan kerap menerima informasi berulang kali sejak tahun lalu, tapi pembebasan itu tidak pernah dilakukan.
"Tetapi pada realitanya tidak pernah terwujud," kata Bayu, Sabtu, 3 Agustus 2024. Menurut dia, kabar pembebasan pilot Susi Air oleh TPNPB-OPM itu bagian dari propaganda untuk menarik simpati masyarakat.
John mengatakan, pembebasan Philip sebagai sandera kelompok kriminal bersenjata tak hanya karena alasan kemanusiaan. Ia mengungkapkan, pihaknya ingin menguji kemampuan TNI dan Polri untuk mengambil pilot Susi Air itu dari TPNPB-OPM.
"Your team are not fit to release the pilot by military operations, so you need learn by TPNPB (Tim anda tidak mampu untuk membebaskan si pilot melalui operasi militer, jadi anda perlu belajar dari TPNPB)," ucapnya.
John mengklaim, sejak Philip disandera pada Februari 2023, hampir ratusan personel TNI-Polri dan puluhan intelijen gugur. Sedangkan, klaimnya, tak lebih dari 20 anggota TPNPB yang tewas.
"Dan ini sangat memalukan TNI Polri seperti bencong tidak mampu bebaskan sandera," kata John.
Adapun Petinggi Markas Pusat TPNPB-OPM telah menggelar pertemuan lanjutan dengan Panglima TPNPB-OPM wilayah Nduga, Egianus Kogoya. Pertemuan itu dilakukan sejak pekan terakhir Juli 2024 melalui aplikasi video konferensi.
Pertemuan petinggi TPNPB-OPM dengan Panglima TPNPB-OPM wilayah Nduga membahas soal pembebasan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens yang disandera kelompok Egianus sejak awal 2023.
"Hari ini, 3 Agustus 2024 kami dan Panglima sepakat untuk membebaskan pilot," kata Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom.
Dia berujar, bahwa Markas Pusat TPNPB-OPM sejak tahun lalu sudah meminta agar milisi Komando Pertahanan III Nduga-Derakma segera membebaskan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu. Alasannya, proyek pertukaran Philip dengan kemerdekaan Papua tidak sejalan dengan prinsip perjuangan milisi Papua Merdeka.
Sebby mengungkapkan, tujuan awal menyandera pilot Susi Air itu untuk menarik perhatian internasional, agar Indonesia dapat ditarik ikut dalam pengadilan internasional setelah dituding melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Papua. "Tapi sekarang kami tidak akan jadikan pilot untuk itu. Demi kemanusiaan, kami dan Panglima akan bebaskan," katanya.
Ketua Dewan Diplomatik dan Urusan Luar Negeri Papua Barat, Akouboo Amatus Douw mengatakan bahwa petinggi TPNPB-OPM meminta Egianus untuk membebaskan Philip atas dasar kemanusiaan. Khususnya mengenai nasib keluarga Philip yang telah dipisahkan hampir dua tahun.
"Panglima (Egianus) mengerti bahwa ada untung-rugi jika penyanderaan pilot terus dilakukan. Apalagi pilot itu bukan musuh kami," kata Akouboo.
Menurut dia, ada potensi timbulnya antisipasi masyarakat internasional terhadap dukungan Papua Merdeka. Ia menilai, dengan membebaskan Philip justru akan memicu simpati masyarakat internasional dan Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB.
"Apalagi pilot diperlakukan dengan baik, kondisinya sehat. Ini menunjukkan komitmen kami terhadap kemanusiaan," ujarnya.
Andi Adam Faturahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Kabar Golkar Sepekan: Dedi Mulyadi Didukung untuk Pilkada Jabar dan Peluang Ridwan Kamil