TEMPO.CO, Jakarta - Panglima Komando Daerah Pertahanan III Ndugama-Derakma, Egianus Kogoya, mengklaim mau untuk membebaskan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens yang disandera kelompoknya di Kabupaten Nduga, terhitung sejak hari ini, 3 Agustus 2024.
Juru bicara Markas Pusat Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby Sambom, mengatakan keputusan Egianus untuk membebaskan Philip, dihasilkan melalui diskusi dan pertemuan dengan para petinggi pusat TPNPB-OPM.
"Tim khusus temui Panglima di Nduga untuk sampaikan pembebasan ini demi kemanusiaan," kata Sebby saat dihubungi Tempo, Sabtu, 3 Agustus 2024.
Sebby bercerita, sejak Februari 2024 atau tepat satu tahun Egianus menyandera Philip di tanah Nduga, Markas Pusat TPNPB-OPM sebetulnya sudah meminta agar Egianus segera membebaskan Philip.
Alasannya, proyek pertukaran Philip dengan kemerdekaan Papua tidak sejalan dengan prinsip perjuangan milisi Papua Merdeka. Namun, saat itu Egianus belum menyetujui permintaan markas pusat.
Sebby memang tidak ikut dalam pertemuan tersebut. Ia mengatakan, bahwa dirinya hanya mengikuti diskusi yang dilakukan melalui video conference. Akan tetapi, Ia mengklaim bahwa keputusan Egianus sudah bulat untuk membebaskan Pilot asal Selandia Baru tersebut.
"Saya video call dengan Panglima hari ini, dan Panglima benar setuju soal pembebasan Pilot," ujar Sebby.
Ketua Dewan Diplomatik dan Urusan Luar Negeri Papua Barat, Akouboo Amatus Douw, menguatkan cerita Sebby. Ia mengatakan, bahwa Markas Pusat TPNPB-OPM memang mengutus tim khusus untuk menemui Egianus ihwal pembebasan Pilot.
Akouboo bercerita, para petinggi pusat TPNPB-OPM meminta Egianus untuk membebaskan Philip yang diklaim atas dasar kemanusiaan, khususnya mengenai nasib keluarga Pilot asal Selandia Baru itu yang telah dipisahkan hampir dua tahun lamanya.
"Panglima (Egianus) mengerti bahwa ada untung-rugi jika penyanderaan pilot terus dilakukan. Apalagi pilot itu bukan musuh kami," ujar Akouboo.
Untung-rugi yang dimaksud, Ia menjelaskan, adalah mengenai potensi timbulnya antipasti masyarakat Internasional terhadap dukungan Papua Merdeka. Akouboo mengklaim pembebasan Philip justru akan memicu simpati masyarakat Internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Apalagi pilot diperlakukan dengan baik, kondisinya sehat. Ini menunjukan komitmen kami terhadap kemanusiaan," ucap dia.
Pun, Juru bicara Markas Pusat TPNPB-OPM, Sebby Sambom, mengatakan tujuan awal menyandera Philip, ialah untuk menarik perhatian Internasional, agar Indonesia dapat ditarik ikut dalam pengadilan Internasional setelah dituding melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Papua.
"Tetapi, sekarang kami tidak akan jadikan pilot untuk itu. Demi kemanusiaan, kami dan panglima akan bebaskan," kata dia.
Melalui rekaman video yang disampaikan Sebby Sambom, Egianus berpesan agar tokoh gereja dan masyarakat di Nduga maupun Papua yang ingin membebaskan Philip dapat bertemu secara langsung dengan dirinya.
Ia meminta agar tokoh gereja dan masyarakat tidak menyampaikan pernyataan apa pun di media-media ihwal pembebasan ini. Alasannya, Egianus khawatir momentum ini menjadi peluang bagi TNI-Polri untuk menemukan lokasinya.
"Silakan berhadapan dengan saya. Pilot dibebaskan atas kemanusiaan. Berhadapan dengan saya di lapangan, tidak ada TNI-Polri," ucap Egianus.
Philip Mark Mehrtens ditangkap milisi Egianus saat mendaratkan pesawat Susi Air jenis Pilatus Porter PC-6 di lapangan terbang Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Sebelum menyandera Philip, Egianus dan milisinya membakar pesawat Susi Air dengan kode penerbangan PK-BVY yang terbang dari Bandar Udara Mozes Kilangin, Timika tersebut. Ia membawa Philip ke belantara hutan Papua hingga hari ini, atau hampir 1 tahun 6 bulan lamanya.
Pilihan Editor: Permintaan Maaf Jokowi Dinilai Hanya Basa-basi