Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Maruto Sejak Kecil Takut Polisi

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Maruto, orang yang diduga memiliki keterkaitan dengan buron teroris kelas wahid Noor Din M. Top, ternyata takut dengan polisi sejak kecil. Menurut Putut Baskoro, kakak kandung Maruto, "Dulu ada warga kampung sini yang pernah ditangkap polisi karena suatu sebab," kata Putut. "Dari tetangga itu, Maruto mendapat cerita pedihnya hidup di dalam tahanan. Sejak itu, dia takut sama polisi."

Kluargan Maruto, menurut Putut, tak percaya Maruto terlibat jaringan teroris. "Hingga saat ini kami tak percaya," kata Putut, "Maruto anak yang baik, patuh, dan tak pernah berbuat aneh-aneh."

Keluarga menduga, Maruto saat ini terpaksa sembunyi karena ketakutan, bukan melarikan diri. "Siapa pun jika dikabarkan terlibat terorisme pasti merasa takut," kata Putut. Apalagi, sejak kecil, Maruto sangat takut kepada polisi.

Dalam kesempatan itu Putut juga mengoreksi pengucapan nama Maruto. Menurut Putut Baskoro, kakak kandung Maruto, ketidaktepatan itu diduga lantaran ada tokoh kartun Naruto dari Jepang, yang lebih dulu dikenal oleh masyarakat.

"Penyebutannya bukan seperti kalau kita menyebut nama Naruto yang tokoh komik itu," kata Putut saat ditemui Tempo di rumah orang tua Maruto, di Dusun Pakis, Cawas, Klaten, Jawa Tengah, kemarin.

Penyebutan huruf "o" di belakang kata Maruto, Putut melanjutkan, seharusnya seperti kalau orang menyebut nama Soeharto atau Soekarno. Karena itu, ia mengaku sedikit geli dengan penyebutan nama Maruto di sejumlah televisi. "Namanya jadi aneh," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Putut menambahkan, Maruto lahir pada 20 April 1980. "Kebetulan sedang hujan lebat disertai angin ketika dia lahir," katanya. Karena itulah orang tuanya memberi nama Maruto Jati Sulistyo. Kata "Maruto" berasal dari bahasa Jawa kuno yang berarti angin. "Maklum, orang zaman dahulu suka memberi nama anaknya sesuai dengan kejadian ketika lahir," kata Putut.

Nama Maruto mencuat ke permukaan setelah polisi dikabarkan menangkap seorang pria yang diduga anggota jaringan Noor Din, di Kendal, Jawa Tengah, Kamis malam pekan lalu. Namun, hingga akhir pekan lalu, polisi belum bisa memastikan apakah Maruto anggota kelompok teroris pimpinan Noor Din atau bukan. "Untuk pastinya, kami belum dapat informasi, apakah itu benar atau tidak," kata Wakil Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Soelistyo Ishak, saat dihubungi Tempo kala itu.

AHMAD RAFIQ | CHETA NILAWATY | DWI WIYANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

19 Tahun Bom Marriot, Moeldoko: Semua Agama Tolak Terorisme

6 Agustus 2022

Polisi dari kesatuan gegana dan forensik memeriksa mayat korban peledakan bom di hotel JW Marriott, Jakarta, 5 Agustus 2003. Ledakan tersebut menewaskan 12 orang dan mencederai 150 orang. Dok. TEMPO/ Arie Basuki
19 Tahun Bom Marriot, Moeldoko: Semua Agama Tolak Terorisme

5 Agustus 2003 aksi terorisme terjadi di hotel JW Marriott Jakarta


Setelah 18 Tahun, Ini Sebab Amerika Baru Tetapkan Hambali Tersangka Bom Bali

22 Januari 2021

Hambali. Foto: ICRC
Setelah 18 Tahun, Ini Sebab Amerika Baru Tetapkan Hambali Tersangka Bom Bali

Kurang lebih 18 tahun setelah Bom Bali, Kejaksaan Militer Amerika akhirnya menetapkan Hambali sebagai tersangka. Ada kisah panjang di baliknya


Kejaksaan Amerika Tetapkan Hambali Sebagai Tersangka Bom Bali

22 Januari 2021

Hambali. miamiherald.com
Kejaksaan Amerika Tetapkan Hambali Sebagai Tersangka Bom Bali

Delapan belas tahun setelah peristwa Bom Bali, Kejaksaan Militer Amerika menetapkan Hambali sebagai tersangka Bom Bali dan Bom Hotel Marriot


Sidang Perdana Kasus Bom JW Marriot Digelar Hari Ini  

10 Februari 2010

TEMPO/Tony Hartawan
Sidang Perdana Kasus Bom JW Marriot Digelar Hari Ini  

Sidang perdana pelaku teroris bom JW Marriot dan Ritz Carlton akhirnya digelar. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pagi ini akan mendengarkan dakwaan jaksa terhadap Amir Abdillah.


Penyandang Dana Pemboman Ritz Carlton-Marriott Segera Diadili

21 Desember 2009

Kepulan asap akibat ledakan di Hotel Ritz Carlton kawasan bisnis Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (17/7) pukul 07.55 WIB. Sampai berita ini diturunkan bom ini sedikitnya menewaskan lima orang. Foto: TEMPO/Bob
Penyandang Dana Pemboman Ritz Carlton-Marriott Segera Diadili

Tersangka penyandang dana peledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriott, Al Khelaiw Ali Abdullah alias Ali, segera diadili.


Muh Djahri Tak Pulang ke Rumah

16 Agustus 2009

Muh Djahri Tak Pulang ke Rumah

Djahri atau Muh Djahri, yang rumahnya digerebek Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian RI pada Jumat dua pekan lalu, akhirnya pulang


Pengebom Ritz Calrton Bukan "Orang Baru"

15 Agustus 2009

Pengebom Ritz Calrton Bukan "Orang Baru"

Nana Ikhwan Maulana, yang menjadi pelaku bom bunuh diri di Hotel Ritz-Carlton pada 17 Juli lalu bukan rekrutan baru. Dia ternyata pernah terkait dengan konflik Poso.


PPATK Siap Telusuri Aliran Dana Teroris

13 Agustus 2009

PPATK Siap Telusuri Aliran Dana Teroris

Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) akan membantu kepolisian melihat hubungan keuangan diantara pelaku terorismen baik diminta maupun tidak.


Ibrohim Sengaja Menyamar jadi Noordin M Top  

13 Agustus 2009

Ibrohim Sengaja Menyamar jadi Noordin M Top  

Ibrahim sengaja berteriak "Saya Noordin" saat dikepung agar Densus terkecoh. Dia juga memelihara jenggot agar dikira Noordin bila kepergok Densus.


Selama Mengontrak, Ibrohim dan Dani Menutup Diri  

12 Agustus 2009

Selama Mengontrak, Ibrohim dan Dani Menutup Diri  

Selama mengontrak di Mampang, Jakarta Selatan, Ibrohim dan Dani Dwi Permana, mereka selalu menutup diri.