TEMPO Interaktif, Malang - Sejak sepekan terakhir, suhu udara di Malang dan sekitarnya semakin dingin terutama pada malam hari. Suhu udara malam hari berkisar antara 15-17 derajat celcius, dari rata-rata sebelumnya antara 16-31 derajat celcius. Sehingga, masyarakat yang melakukan aktifitas di luar ruangan kerap mengenakan jaket tebal untuk melindungi tubuh dari udara dingin.
Kepala seksi observasi stasiun klimatologi badan meteorologi dan geofisika Karangploso Kabupaten Malang, Kuswara mengatakan rendahnya suhu udara di Malang pada malam hari dipengaruhi perubahan cuaca. Sebab, saat musim kemarau pada malam hari energi panas bumi yang dilepaskan ke udara langsung ke daerah yang lebih tinggi.
Sedangkan, pada musim penghujan panas bumi tertahan awan, sehingga dipantulkan kembali ke bumi. Akibatnya, suhu udara menjadi lebih panas dibandingkan musim kemarau. Untuk itu, masyarakat diminta untuk mengenakan selimut atau jaket tebal, terutama bagi yang menderita alergi terhadap suhu dingin. Pada, musim kemarau penderitaa alergi sering kambuh.
"Suhu udara semakin dingin pada subuh sekitar pukul 04.00 WIB," katanya, Minggu (12/7). Diperkirakan musin kemarau terjadi selama lima bulan ke depan, berakhir Desember mendatang. Sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada Agustus mendatang, sebab posisi matahari tepat berada di atas Kota Malang. Sehingga pada siang hari suhu udara semakin panas.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat memperhatikan kesehatan, karena musim kemarau debu beterbangan. Mengakibatkan rawan menderita penyakit infeksi saluran pernafasan atas (Ispa) dan iritasi mata. Untuk itu, masyarakat diingatkan mengenakan masker penutup mulut dan kaca mata untuk melindungi mata dari hujan debu.
EKO WIDIANTO