Bibit merasa heran kenapa Jawa Tengah yang berada di Jawa masih memiliki penduduk yang buta aksara. "Kalau disini (Jawa Tengah) masih ada yang buta aksara, apalagi yang di Irian Jaya," kata Bibit. Apalagi, kata Mantan Panglima Kodam IV Diponegoro ini, persoalan buta aksara di Jawa Tengah sudah hendak diselesaikan sejak tahun 1960-an. Namun, Bibit mempertanyakan kenapa sampai hari ini juga masih belum selesai. "Persoalan kebodohan itu berada di depan mata. Tugas kita untuk menyelesaikan," katanya.
Penduduk Jawa Tengah yang masih buta aksara hingga Juni tahun ini sebanyak 467 ribu jiwa. Jumlah ini hanya 3,8 persen dari jumlah keseluruhan penduduk Jawa Tengah yang mencapai 33 juta jiwa. Sebelumnya, data angka buta aksara di Jawa Tengah sempat hanya 169.492 pada awal 2009 lalu. Namun, setelah ditelusuri lagi ternyata penduduk yang masih buta aksara masih 467 ribu jiwa. Pendataan penduduk buta aksara ini hanya yang masih berusia produktif yakni antara 15 hingga 40 tahun.
Bibit menyatakan, berbagai program beserta institusi di Jawa Tengah harus dikerahkan agar sudah tidak ada lagi penduduk yang tidak bisa baca aksara. "Kalau perlu, penduduk yang belum bisa tulis dan baca dikeroyok," katanya. Bibit mencontohkan, lembaga atau institusi yang bisa dikerahkan itu mulai dari babinsa, perguruan tinggi, lembaga keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah, PKK, dan lain sebagainya.
ROFIUDDIN