TEMPO.CO, Jakarta - Isu duet Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo yang akan dipasangkan di Pilpres 2024 banyak diperbincangkan belakangan ini. Isu ini muncul lantaran hingga saat ini, dua bakal calon presiden yang akan diusung oleh Koalisi Indonesia Maju dan Koalisi PDIP itu tak kunjung menentukan bakal cawapresnya.
Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo mengatakan potensi duet Prabowo dan Ganjar di Pilpres 2024 akan menjadi win-win solution untuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Menurut Ari, saat ini Jokowi sedang berada dalam posisi yang tidak mudah karena memiliki kedekatan politik dengan keduanya.
“Ketika memang ada dorongan untuk dua poros (Anies-Cak Imin dan Prabowo-Ganjar), itu lebih kepada kepentingan menjaga dinamisasi politik Pak Jokowi,” kata Ari di Jalan Wijaya, Jakarta pada Jumat, 22 September 2023.
Ari beranggapan, Jokowi tidak mungkin menampakkan diri mendukung salah satu dari Prabowo atau Ganjar di pemilu mendatang. Jokowi, kata Ari, memiliki beban politik karena perannya dalam mengajak Prabowo yang merupakan lawan politiknya di Pilpres 2019 ke sisi pemerintahan saat ini.
Di sisi lain, Jokowi juga masih harus mempertimbangkan posisinya di PDIP yang mengajukan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.
“Makanya sikap yang dua kaki. Pak Jokowi mengayun, menjaga keseimbangan,” ujar Ari. Menurutnya, hal ini dilakukan Jokowi untuk menjaga kesolidan kabinet pemerintahan saat ini sekaligus menjaga agar tidak terjadi kontestasi antara dua sosok yang memiliki kedekatan politik dengannya.
Apabila keduanya bersaing, menurut Ari, Jokowi akan menghadapi situasi yang sulit terlepas dari siapa pun pemenang pilpres. Jika Prabowo menang, kata Ari, barisan politik PDIP akan memiliki kekecewaan besar terhadap Jokowi. Pasalnya hal tersebut akan membuktikan indikasi saat ini bahwa Jokowi menggunakan instrumen-instrumen politik yang dia miliki untuk memenangkan Prabowo.
“Sebaliknya, kalau Ganjar menang, itu akan membuat kecewa dan sakit hati barisan Pak Prabowo. Tentu dia akan merasa selama ini hanya di-PHP doang,” ucap Ari. Dia pun memprediksi bahwa Jokowi bisa menjadi “yang tertuduh” apabila terjadi persaingan antara kedua calon.
Maka dari itu, Ari mengatakan, menduetkan Prabowo dan Ganjar bisa dilihat sebagai satu bentuk solusi. Menurutnya, Jokowi memiliki peran kunci dalam hal tersebut sebagai pihak yang dianggap memulai polemik ini ketika menjadikan Prabowo sebagai menteri di kabinetnya.
“Ending yang paling win-win solution adalah memang menduetkan Prabowo dan Ganjar. Tinggal siapa yang mau mengalah untuk jadi wakil presiden,” kata Ari.
Ari menyampaikan bahwa penentuan peran dalam duet Prabowo-Ganjar bisa ditentukan lewat pertimbangan analitis. Menurutnya, koalisi antara keduanya bisa berkaca dari hasil survei untuk menetapkan siapa yang menjadi calon presiden dan wakil presiden.
“Secara rasional, secara analitis dan sains, tentu hasil survei nanti di bulan Oktober akan menentukan itu,” ujarnya.
Pilihan Editor: Sempat Bertemu Prabowo, Budiman Sudjatmiko Sebut Tak Pernah Bahas soal Cawapres
SULTAN ABDURRAHMAN