Menurut penduduk setempat, gajah-gajah itu datang dan memakan apa saja di lahan pertanian dan perkebunan. "Kami tidak bisa berbuat apa-apa kecuali lari untuk menghindari musibah", kata Tholib, 42 tahun, salah seorang warga Desa Sukuturjaya.
Kamal, Camat Seraiserumpun, mengakui jika sekawan gajah itu masuk ke wilayah dua desa tersebut sejak sepekan terakhir. Dikatakannya, gajah-gajah itu, diduga keluar dari habitat aslinya di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, yang arealnya mencakup dalam Provinsi Jambi dan Riau.
Baca Juga:
"Saya kira kawanan gajah ini keluar dari habitat aslinya karena sudah terdesak, akibat di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, karena habitatnya terganggu dan sudah susah untuk mencari makan, ujarnya.
Menurut Kamal, pihaknya telah melaporkan kejadian tersebut kepada Bupati Tebo Madjid Muas dan pihak Balai Konservasi Sumber daya Alam Jambi, agar dapat dicari solusi mengatasi masalah ini, jangan sampai tindakan kawanan gajah ini semakin menambah kerugian warganya.
Yolly B Bungin, Kepala Dinas kehutanan Kabupaten Tebo, mengakui jika dirinya telah mendengar adanya masalah tersebut dan pihaknya telah melaporkan masalah ini ke pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi, agar segera mengambil tindakan.
Kepala balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi, Didy Wurjanto, menyatakan, jika pihaknya akan segera menurutkan tim ke lokasi tersebut. "Kita akan berupaya mencari jalan terbaik mengusir gajah-gajah ini kembali ke habitatnya.
"saya kira merangseknya gajah-gajah ini ke kawasan pemukiman penduduk, antara lain sebagai akibat terganggunya habitat asli mereka, dengan semakin luasnya pembukaan lahan oleh masyarakat untuk dijadikan kawasan perkebunan kelapa sawit", ujarnya.
Menurut Didy, masalah lain dimungkinkan terjadi, mengingat sekarang saatnya musim kawin para gajah, sehingga kawanan gajah berkumpul kemudian mencari tempat dimana ada sumber makanan mencukupi. Kawasan Kecamatan Seraiserumpun merupakan daerah dataran rendah dan sangat disukai gajah, katanya.
SYAIPUL BAKHORI