TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Achmad Baidowi menyatakan partainya pesimistis Koalisi Kebangsaan alias Koalisi Besar akan terbentuk. Koalisi ini awalnya disebut akan terdiri atas para anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).
Pria yang akrab disapa Awiek ini menyatakan perbedaan sosok bakal calon presiden (Bacapres) yang akan diusung sebagai hambatan utama pembentukan koalisi besar. Dia mengatakan dalam KIB dan KIR ada tiga nama yang mencuat sebagai Bacapres, yakni Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, dan Ganjar Pranowo.
“Tidak mungkin dalam koalisi ada tiga capres,” kata Awiek dalam keterangannya, Sabtu, 27 Mei 2023.
Adapun KIB terdiri atas Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan PPP. Sementara KIR digawangi oleh Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Awal mula munculnya ide Koalisi Besar
Ide pembentukan Koalisi Besar muncul setelah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar bertemu dengan Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, pada Februari lalu. Saat itu, keduanya membuka peluang peleburan KIB dan KIR.
Wacana tersebut semakin menguat setelah acara silaturahmi partai-partai pendukung pemerintahan dengan Presiden Jokowi di kantor DPP PAN pada April lalu. Dua partai yang tak hadir dalam acara itu adalah PDIP dan Partai NasDem. Saat itu Jokowi merestui pembentukan koalisi itu.
Koalisi Besar pun disebut-sebut sebagai kendaraan politik agar Jokowi bisa mendorong pasangan Capres dan Cawapres pilihannya pada Pilpres 2024. Sebelumnya mencuat pula sinyal bahwa Jokowi akan mendukung pasangan Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo.
Pembentukan koalisi itu belakangan terganjal setelah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri memberikan perintah kepada Ganjar untuk maju sebagai Bacapres. PDIP bisa mengusung sendiri Ganjar karena telah memenuhi syarat ambang batas pengajuan Capres atau electoral threshold.
Selanjutnya, KIB kemungkinan merapat ke PDIP, tapi mungkin juga bubar