TEMPO.CO, Surabaya - Komisi Nasional Antikekerasan Terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan sedang menelusuri jejak kerusuhan Mei 1998 di beberapa kota, khususnya menyangkut peristiwa kekerasan seksual pada perempuan. Tiga kota yang ditelusuri ialah Surabaya, Medan dan Solo.
Jakarta sebagai episentrum kerusuhan disertai isu pemerkosaan pada etnis Tionghoa dikesampingkan karena Komnas Perempuan telah lebih dulu melakukannya pada tahun-tahun sebelumnya. Di Ibu Kota misalnya, telah dilakukan memorialisasi dalam bentuk Prasasti Jarum Mei di Tempat Pemakaman Umum Pondok Ranggon.
“Untuk Surabaya, ini tahun kedua kita kunjungi. Kami mendengarkan pengalaman pendamping dan saksi ketika terjadi peristiwa Mei 98,” kata Ketua Subkomisi Partisipasi Masyarakat Komnas Perempuan Veryanto Sitohang, Rabu, 5 April 2023.
Komnas, kata Veryanto, sebetulnya berkeinginan menemui langsung korban. Namun ia memaklumi bila hal itu tak mudah dilakukan karena tak semua penyintas bersedia terbuka menceritakan pengalamannya akibat trauma mendalam yang masih dirasakan. Veryanto mengapresiasi bila akhirnya para pendamping korban mau bercerita seputar peristiwa Mei 98 di Surabaya.
“Cerita-cerita dari pendamping korban itu menjadi modal kami untuk membuat semacam memorialisasi yang tujuannya untuk mencegah keberulangan terjadinya peristiwa serupa di masa mendatang, karena ini merupakan catatan buruk dalam sejarah kita,” tutur dia.
Menurut Veryanto Komnas Perempuan telah menerima informasi terjadi kekerasan seksual di Surabaya utara bersamaan dengan penjarahan. Namun sejauh ini Komnas baru mendengar cerita dari pendamping. “Tentu saja temuan di Surabaya utara itu kami dalami terus, syukur kalau korbannya bersedia bercerita langsung pada kami,” kata Veryanto.
Ketua Ikatan Orang Hilang Indonesia (Ikohi) Jawa Timur Dandik Katjasungkana yang mengikuti tim Komnas Perempuan berkeliling menggali data di Surabaya pada Rabu, 29 Maret 2023 mengatakan, sejumlah lokasi Pecinan di wilayah Surabaya utara, seperti Semampir, Ampel, Sidotopo dan Tambakbayan didatangi.
Namun belum ada yang berani bercerita seputar dugaan kekerasan seksual pada kerusuhan Mei 98. “Di Tambakbayan misalnya, warga yang kami temui bilang bahwa pada saat kerusuhan Mei tempat tinggalnya aman-aman saja,” kata Dandik.
Selain di permukiman etnis Tionghoa, tim Komnas Perempuan juga menemui sejumlah korban kekerasan aparat, pendamping korban serta mengunjungi Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya. Mereka mendengarkan testimoni korban kekerasan aparat dan jurnalis yang meliput kerusuhan Mei 98 di kota tersebut.
Pilihan Editor: Cerita Pemerkosaan, Kisah yang Lenyap dari Tragedi Mei 1998