TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla atau JK menyatakan batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 merupakan pelajaran untuk semua. Pembatalan ini disebabkan Federasi Sepak Bola Internasional atau FIFA mencabut status tuan rumah karena beberapa persoalan, salah satunya penolakan Timnas Israel oleh beberapa kelompok di Indonesia.
Menurut JK, pembatalan ini terjadi juga karena maslah komitmen yang sudah dibuat oleh pemerintah Indonesia.
"Saya kira, masalahnya ini adalah masalah komitmen. Sudah teken semua soal komitmen. Terus tarik. Hilang semua trust (kepercayaan)," ujar JK dalam keterangannya, Sabtu, 1 April 2023.
Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini menyatakan sedih dan kecewa atas batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. JK juga mengaku bingung mengembalikan kepercayaan dunia kepada Indonesia yang sudah tercoreng.
"Yah, harus penuhi komitmen dulu. Tapi ini butuh waktu yang lama," ujar JK.
Menurut JK, FIFA awalnya percaya Indonesia untuk menghelat acara tersebut karena melihat kesuksesan Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asia Games pada 2018. Menurut dia, sejak saat itu dunia melihat Indonesia sanggup melaksanakan event besar dengan baik yang disertai dengan prestasi yang baik.
"Setelah itu kita kemudian melamar jadi pelaksana Olimpiade, melamar jadi penyelenggara World Cup," terang JK. "Tapi setelah dipercaya, terjadi ini. Dirusak lagi," tambahnya.
FIFA cabut status tuan rumah Indonesia
Pengumuman pencabutan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 diambil setelah Presiden FIFA Gianni Infantino dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir bertemu di Doha, Qatar, Rabu, 29 Maret 2023. Erick diutus oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk melakukan pertemuan tersebut.
"FIFA telah memutuskan, karena keadaan saat ini, untuk mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023," demikian pengumuman FIFA dalam laman resminya.
Setelah mengumumkan pembatalan itu, FIFA juga menyinggung soal kemungkinan sanksi buat Indonesia. "Potensi sanksi terhadap PSSI juga bisa diputuskan pada tahap selanjutnya," kata mereka.
"FIFA ingin menggarisbawahi, bahwa terlepas dari keputusan tersebut, kami tetap berkomitmen untuk aktif membantu PSSI, bekerja sama erat dan dengan dukungan pemerintahan Presiden Widodo, dalam proses transformasi sepak bola Indonesia pascatragedi yang terjadi pada Oktober 2022."
Sementara itu, Erick Thohir menyatakan menerima keputusan FIFA tersebut. Keputusan FIFA sebagai lembaga tertinggi sepak bola dunia yang beranggotakan 211, kata Erick, tak bisa ditolak lagi. Indonesia, kata dia, sebagai salah satu anggota FIFA, harus mengikuti aturan, kewenangan dan keputusan yang diberikan FIFA.
"Saya sudah berjuang maksimal. Setelah menyampaikan surat dari Presiden Jokowi, dan berbicara panjang dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, kita harus menerima keputusan FIFA yang membatalkan penyelenggaraan event yang kita sama-sama nantikan itu," kata Erick.
M JULNIS FIRMANSYAH
Pilihan Editor: RI Batal Gelar Piala Dunia U-20, PKB Sebut Bakal Berdampak ke Elektabilitas Politikus yang Menolak