TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas menyayangkan FIFA yang mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Menurut Ibas, upaya Indonesia untuk menjadi tuan rumah tentu bukan perkara mudah.
"Saya sangat menyayangkan serta turut merasa kecewa dan sedih terkait pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20,” ujar Ibas, Jumat, 31 Maret 2023.
Menurut Ibas, mendapatkan kesempatan untuk menjadi tuan rumah piala dunia tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Indonesia, kata Ibas, sudah berjuang dari jauh-jauh hari agar Indonesia dapat dipilih menjadi penyelenggara kegiatan sepak bola dunia.
Ibas menyampaikan pada 2019, Indonesia ditunjuk sebagai host piala dunia 2021. Lalu, ada pengunduran liga tersebut menjadi 2023, dengan waktu yang ada, menurut Ibas seharusnya membuat Indonesia semakin siap dan matang dalam menyelenggarakan kegiatan tersebut.
Banyak Persiapan Terbuang Sia-sia
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini juga menyampaikan, akibat batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 memicu kompleksnya kerugian, mulai dari sisi tenaga hingga ekonomi, juga nasib para atlet. Persiapan bertahun-tahun itu kata Ibas, terbuang percuma.
"Kerugian luar biasa dari sisi tenaga dan pikiran yang telah tercurahkan bertahun-tahun; dari sisi ekonomi, tentu saja anggaran yang telah digelontorkan sangat besar hingga ratusan miliar rupiah. Sekarang terbuang percuma,” jelas Ibas.
Tak hanya itu, Ibas juga mengatakan adanya kehilangan potensi keuntungan yang besar bagi Indonesia, baik keterampilan, pengalaman, infrastruktur, kesejahteraan, dan perekonomian. Juga, Indonesia rugi karena kunjungan turis seluruh dunia sebagai penonton Piala Dunia U-20, tidak akan terjadi.
"Kehilangan pemasukan dari berbagai transaksi perdagangan seperti tiket, penginapan, makanan, dan lain sebagainya,” lanjutnya.
Dan soal kesempatan atlet kata Ibas, seperti kehilangan tiket emas untuk berlaga di ajang piala dunia. Ibas menyakini bahwa para atlet sudah berjuang sekuat tenaga mempersiapakan diri untuk bertanding di kompetisi olahraga bergengsi.
"Hilangnya kesempatan berharga ini harus dijadikan pelajaran berharga bagi kita semua. Pemerintah harus melakukan evaluasi,"
Ibas menyampaikan kedepannya, perlu konsolidasi internal yang dilakukan dengan baik, satu suara, tidak saling bertentangan dan menyerang satu sama lain. Pasalnya, hal ini berkaitan dengan citra bangsa dan negara kita di mata dunia.
“Kini PR pemerintah semakin bertambah berat, harus dapat memulihkan nama baik dan mengembalikan kepercayaan dunia kepada Indonesia,” pungkasnya.
Pilihan Editor: Mantan Exco PSSI Sebut Penolakan Ganjar dan Koster terhadap Timnas Israel Bentuk Intervensi Kekuasaan