INFO NASIONAL - Setiap orang tentunya ingin bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Ada pula yang memiliki harapan lebih atas diri kita, yaitu orang tua.
Bagi perempuan, tak jarang apa yang diinginkan bertentangan atau bertolak belakang dengan apa yang diharapkan orang tua atau lingkungannya. Seperti Direktur Pembiayaan dan Investasi PT Sarana Multi Infrastruktur atau PT SMI (Persero), Sylvi J. Gani. Sebenarnya, sang ayah menginginkan Sylvi menjadi dokter, seperti profesinya. Namun, Sylvi menempuh jalur pendidikan dan karier yang berbeda dengan sang ayah.
Tidak bermaksud menentang orang tua, Sylvi menjadikan sang ayah sebagai rujukan dalam melaksanakan pekerjaannya. "Saya mencontoh ayah karena dedicated sekali dan sangat mencintai pekerjaannya sebagai dokter. Jadi, dari situ saya melihat love what you do and do what you love (cintai yang kamu lakukan dan lakukan yang kamu cintai)," kata Sylvi dalam diskusi Women's High Tea Talks Women in Development di Instagram Live @tempodotco pada Jumat, 17 Maret 2023.
Sylvi menempuh pendidikan S1 Jurusan Teknik Kimia dan S2 Perbankan dan Keuangan. Sebelum menjadi direktur perempuan satu-satunya PT SMI (Persero), Sylvi bekerja di sektor perbankan selama puluhan tahun.
"Buat saya, cukup menarik berkarier di dunia perbankan pada saat itu," katanya. Musbabnya, pada saat itu pembangunan belum memadai, sehingga ilmu ekonomi atau keuangan menjadi ilmu yang sangat penting untuk diterapkan. "Tapi latar belakang saya juga banyak terpakai di industri ini."
Menurut Sylvi, banyak perempuan yang memilih berkarir di perbankan karena gaya komunikasi perempuan yang lembut. "Secara kualitas memang ada keunikan atau kelebihan dari perempuan dalam industri perbankan karena erat dengan relationship (hubungan)," kata bungsu dari empat bersaudara ini. Selain itu, perempuan cenderung lebih tekun dan teliti.
Sylvi pun berharap di 2045, perempuan Indonesia harus terus mengembangkan diri, karena harus sadar bahwa dirinya bisa berkontribusi dalam pembangunan. "Karena apapun yang kita lakukan mau ibu bekerja atau rumah tangga, pasti berkontribusi untuk perekonomian dan pembangunan Indonesia," ujarnya.
Sebab, Sylvi melanjutkan, apa pun pilihan perempuan di Indonesia, berkarier ataupun menjadi ibu rumah tangga, semuanya mengambil bagian dalam membangun bangsa. "Semua bisa berkontribusi, baik itu di rumah, berarti kita mempersiapkan human capital, generasi penerus, itu sangat penting dalam pembangunan. Dalam pekerjaan, kita berkontribusi dengan apa yang kita lakukan".
Dia pun selalu mengingat pesan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam membangun Tanah Air. "Saya mengutip kata-kata dari ibu Menteri Keuangan Sri Mulyani yang selalu saya tanamkan jangan pernah lelah mencintai indonesia. Kita harus menyadari kita punya passion, perempuan bisa berkontribusi dalam pembangunan," kata Sylvi.
Tak hanya Sylvi, Nadine Chandrawinata, aktris yang juga aktivis lingkungan, juga terinspirasi dari sang ayah agar bermanfaat untuk lingkungan sekitar. Sejak kecil, menurut Nadine, kedua orang tuanya, Andy Chandrawinata dan Elfriede Chandrawinata, melibatkan anak-anak untuk menjaga lingkungan di mana pun berada dengan cara yang sederhana. Contoh, membuang sampah pada tempatnya.
Karena itu, setiap melihat sampah di beberapa tempat yang dikunjunginya saat liburan atau road trip, Nadine selalu mengumpulkan sampah itu untuk dibuang di tempatnya atau dibawa pulang untuk diolah menjadi prakarya.
"Papa suka aku minta fotoin aku. Dan setiap kali mau berfoto, tetapi di tempat itu banyak sampah, maka sampah-sampah itu aku geser dan aku bawa pulang," kata Nadine. "Setiap kali aku mau berfoto dan menemukan sampah, aku kumpulkan lalu membikin prakarya".
Sang ayah juga yang meyakinkan Nadine untuk membangun sebuah tim yang membantunya dalam mengolah sampah. Kemudian pada 2015, Nadine membuat Sea Soldier, organisasi mandiri yang berawal dari aksi pribadi peduli terhadap lingkungan.
Nadine menegaskan, menjaga lingkungan bukan tanggung jawab pemerintah atau pihak tertentu, tetapi tanggung jawab bersama. "Dengan lingkungan yang bersih, kesehatan fisik dan mental terjaga, juga aspek ekonomi yang semakin bertumbuh untuk kesejahteraan," ujarnya.
Nadien pun berpesan kepada perempuan Indonesia untuk jangan takut melangkah dan jangan takut akan kegagalan. "Jangan kalah sebelum berperang, jika ada kritikan anggap kritikan itu untuk lebih maju lagi, karena perempuan bahkan milenials pun dilibatkan untuk pembangunan berkelanjutan," kata Nadine. (*)