INFO NASIONAL – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengerahkan Paskibraka dan Purnapaskibraka di seluruh wilayah di Indonesia untuk terlibat dalam mencegah stunting. Hal ini penting untuk mencapai misi Indonesia Emas 2045.
“Sasaran pencegahan stunting adalah generasi muda saat ini. Maka kita gerakan Paskibraka untuk menjelaskan stunting kepada kawan-kawannya di sekolah-sekolah sebagai tokoh milenial yang responsif terhadap masalah yang dihadapinya,” ujar Kepala BPIP Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. saat peluncuran kampanye #CukupDuaTelur Semesta Mencegah Stunting di Menara Kompas, Jakarta, Selasa, 21 Maret 2023.
Sementara di tataran internal, Yudian melanjutkan, BPIP telah berkomitmen dan siap menjadi kakak, ibu, dan bapak asuh yang terjun ke lapangan, memberi edukasi, serta mengajak masyarakat untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat, serta membangun keluarga sebagai komunitas terkecil di Indonesia.
Prof. Yudian juga mengajak kampus-kampus turut ambil bagian sebagai agen perubahan dengan terjun ke lapangan, melakukan sosialisasi dan edukasi terkait stunting dan pencegahannya. Salah satunya dengan upaya-upaya inisiasi mengonsumsi protein hewani yang baik bagi perkembangan otak manusia, seperti telur dan ikan.
“Saya mengajak kampus-kampus dan adik-adik mahasiswa, melalui program KKN kita bisa kerja sama dengan BKKBN, dengan BPIP untuk melaksanakan KKN Tematik pencegahan stunting,” katanya.
Baca Juga:
Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR Krisdayanti menuturkan bahwa ia bersama 50 anggota Komisi IX konsen terhadap masalah stunting dengan sosialisasi, komunikasi, dan edukasi yang kerap dilakukan di daerah-daerah pemilihan.
“Sebagai seorang ibu dan nenek, saya juga memiliki tanggung jawab untuk memberi kualitas hidup yang baik kepada anak dan cucu. Sebagai wakil rakyat, saya bersama Komisi IX dan mitra kerja berkomitmen bergotong royong menuntaskan persoalan stunting di Indonesia dengan target penurunan hingga 14 persen pada tahun 2024,” kata dia.
Sebelumnya, Kepala BKKBN, Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) menjelaskan bahwa stunting adalah kegagalan fisik untuk tumbuh dan berkembang. “Stunting itu pasti pendek, tapi pendek belum tentu stunting. Cirinya, kemampuan intelektualnya tidak bisa bersaing. Orang stunting kurang beruntung, biasanya pada hari tuanya kena penyakit serangan jantung, tekanan darah, dan kencing manis.”
Saat ini, prevalensi stunting di Indonesia masih mencapai 21,6 persen. Angka tersebut di bawah tahun 2021 dengan prevalensi 24,4 persen. Presiden Joko Widodo menargetkan, pada tahun 2024, prevalensi angka stunting turun ke angka maksimal 14 persen. (*)