TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengungkapkan terdapat anggota partai politik (parpol) baru terindikasi berafiliasi dengan jaringan terorisme. Kendati begitu, parpol baru tersebut tak lolos menjadi peserta Pemilu 2024.
“Terafiliasi ya. Jadi beberapa yang tidak lolos itu yang kami katakan ada indikasi,” ujar Boy di Hotel St Regis, Setiabudi, Jakarta Selatan, pada Senin, 13 Maret 2023 lalu.
Karenanya, Boy mengimbau setiap instansi terkait untuk meningkatkan kewaspadaan. Sebab, menurut jangan sampai bermunculan parpol baru yang ternyata punya latar belakang terindikasi terorisme.
Dikutip dari bnpt.go.id, BNPT memastikan bahwa seluruh partai politik peserta Pemilu 2024 'Clear' (bersih) dari afiliasi jaringan terorisme. "Yang lolos ini (parpol) adalah sifatnya clear ya," kata Boy Rafli Amar pada Selasa 14 Maret 2-23.
Meskipun demikian, terdapat data intelijen yang mengindikasikan adanya organisasi teroris yang ingin menunggangi pesta demokrasi ini untuk merebut kekuasaan melalui jalur politik praktis.
“Info yang bersifat terbatas ini memberikan kondisi bahwa organisasi teroris itu merubah strategi “dari peluru ke kotak suara”, untuk menempuh jalur demokrasi yang sangat mungkin untuk mendapatkan kekuasaan," katanya.
Profil Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar
Dilansir dari fkpt.bnpt.go.id, Komisaris Jenderal Polisi atau disingkat Komjen Pol Boy Rafli Amar lahir di Jakarta, pada 25 Maret 1965. Bulan ini Boy genap menginjak usia 58 tahun. Dia dilantik oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai Kepala BNPT pada 1 Mei 2020. Boy menggantikan Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius.
Boy lahir dari keluarga perantau Minangkabau. Ayahnya dari Solok, sementara ibunya dari Kotogadang, Agam, Sumatra Barat. Dia adalah cicit dari sastrawan Indonesia, Aman Datuk Madjoindo. Boy menikah dengan Irawati dan telah dikaruniai dua orang anak.
Pada Januari 2021 lalu, Boy Rafli Amar menjadi salah satu dari lima nama calon Kapolri. Nama-nama itu diusulkan Kompolnas ke Presiden Jokowi untuk menggantikan Jenderal Idham Azis. Hal tersebut terungkap dari pernyataan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud Md.
Boy Rafli merupakan lulusan Akademi Kepolisian atau Akpol 1988. Pada 2007, dia pernha menjabat sebagai Kanit Negosiasi Subden Penindak Densus 88 Antiteror. Setahun setelahnya atau pada 2008, Boy Rafli ditarik ke Jakarta. Dia ditunjuk sebagai Kabid Humas Polda Metro Jaya. Kemudian, setelah itu Boy Rafli diangkat menjadi Kabagpenum Ropenmas Divisi Humas Polri.
Pada 2012, karier Boy Rafli kian menanjak. Dia kerap tampil dan menjadi rujukan media massa. Namanya pun makin populer. Pada 2014, dia dimutasi sebagai Kapolda Banten. Usai menjabat dua tahun di Banten, pada 2016 Boy kembali ke Mabes Polri. Dia ditunjuk menggantikan Irjen Anton Charliyan sebagai Kadiv Humas Polri.
Setahun kemudian, Boy Rafli Amar dipindahtugas ke Papua 2017. Dia menjadi Kapolda Papua selama setahun di wilayah Indonesia Timur itu. Setelah itu dia kembali ditugaskan di Jakarta. Dia ditunjuk menjabat Wakil Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri pada 2018. Jabatan itu diembannya sampai 2020 hingga akhirnya menjadi Kepala BNPT sampai saat ini.
Mengutip dari Antara, Boy Rafli Amar memperoleh penghargaan sebagai Tokoh Penanggulangan Radikalisme dan Terorisme Kategori Politik, Hukum, dan Keamanan pada September 2022 lalu. Penghargaan yang diberikan dalam acara Rakyat Merdeka Award 2022 itu diberikan kepada Boy Rafli karena ia dinilai berhasil memberantas intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
Dia juga dinilai berkontribusi dalam pemulihan ekonomi pada masa pandemi Covid-19 melalui program Kawasan Terpadu Nusantara atau KTN, yang merupakan program deradikalisasi berbasis kesejahteraan. Kala itu BNPT mendirikan KTN di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Tengah.
HENDRIK KHOIRUL MUHID I SDA
Pilihan Editor: BNT Sebut Perempuan, Anak Muda dan Pengguna Internet Penyumbang Potensi Radikalisme
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.