TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai pernyataan Ketua Umum NasDem Surya Paloh soal Anies Baswedan bakal melanjutkan program pembangunan Jokowi sebagai sikap kegalauan partai itu.
Ia mengatakan, semula NasDem selaku sponsor utama Koalisi Perubahan mengusulkan narasi-narasi kritis menyikapi sejumlah kebijakan pemerintah. Namun, ketika berbagai ancaman diluncurkan, NasDem tampak berpikir ulang.
"Hal itu berimplikasi pada belum jelasnya narasi perubahan yang disampaikan Anies dalam proses sosialisasinya belakangan ini," katanya saat dihubungi, Ahad, 12 Maret 2023.
Khoirul menduga saat ini Anies masih bermain aman. Tujuannya, kata dia, melindungi kepentingan NasDem. Musababnya, NasDem kini masih jadi bagian partai koalisi pemerintahan.
"Sementara, mayoritas pendukung Anies menghendaki perubahan itu sendiri," kata Khoirul.
Khoirul mengatakan, Anies harus tegas dan lugas menentukan sikap, menemukan titik perbedaan yang menjadi basis ide perubahan yang bisa ditawarkan. Tentunya, kata Khoirul, Anies juga harus membuat perbedaan dirinya dengan pemerintahan.
"Jika Anies tidak melakukan itu, maka tak ada bedanya dengan deretan nama-nama capres dan cawapres yang menghendaki narasi keberlanjutan," katanya.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengungkapkan bahwa calon presiden usungan mereka, Anies Baswedan akan melanjutkan pembangunan yang telah dilakukan selama ini.
Kendati demikian, Surya Paloh menekankan dalam prosesnya tentu pembangunan yang ada dilakukan pemerintah perlu perbaikan-perbaikan. Tujuannya untuk kemajuan bangsa dan negara.
Anies Seharusnya Tampil Lantang
Pengamat Politik Adi Prayitno juga mengatakan mestinya Anies Baswedan dengan poros perubahan tampil ke publik dengan lantang. "Harus berani mengatakan bahwa pemerintahan Jokowi itu adalah rezim gagal selama 2 periode memerintah," ucapnya.
Misalnya saja kata Adi, seperti proyek IKN itu sebagai pembangunan ugal-ugalan, infrastruktur yang asal-asalan.
Adi mengatakan jika masih belum bersikap, hal ini akan berimplikasi pada arus bawah pemilih Anies Baswedan yang kehilangan figur perubahan.
"Wajar saja elektabilitas Anies yang tidak menjulang dan cenderung turun. Karena orang tidak bisa melihat diferensiasi politik antara Anies dengan Jokowi. Pemilih tidak bisa melihat jenis kelamin politik Anies berbeda dengan Jokowi, kan itu sebenarnya yang ditunggu oleh pengikutnya," kata Adi.
Adi pun tak menampik bahwa kelompok yang kritis terhadap pemerintah jumlahnya tak banyak, hanya 35 persen, di mana kondisi tersebut tidak cukup mengantarkan kemenangan bagi Anies Baswedan. Sehingga kata Adi, bisa jadi kondisi tersebut pula yang menjadi pertimbangan NasDem menyatakan melanjutkan program pembangunan Jokowi sebagai strategi politik.
"Satu-satunya cara adalah bagaimana Anies ditarik ke dalam, dianggap bagian dari Jokowi," kata Adi.
Sehingga, walaupun sering dihadap-hadapkan nantinya, kata Adi, perlahan-lahan pendukung Jokowi akan beralih sebagai pemilih Anies. "Itu strategi politik saja," kata Adi.
Pilihan Editor: Airlangga Hartarto Raih Suara Mayoritas sebagai Capres Pilihan Musra Relawan Jokowi