Ia mengaku tidak tahu mengapa kejadian tersebut baru viral saat ini. Sebab, sejak kejadian pertengahan Februari lalu. Juju juga mengaku sudah mengikhlaskan istri dan bayi dalam kandungannya yang meninggal.
“Setelah kejadian saya tidak lapor ke mana-mana. Saya mah tak mau ribet. Mungkin orang tahu dari mulut ke mulut. Saya tidak ada pikiran untuk menuntut atau apa. Ya sekarang, saya hanya ingin yang terjadi pada istri saya ini kejadian yang terakhir, jangan sampai menimpa orang lain,” kata Juju.
Cerita Bidan yang menangani Kurnaesih
Sementara itu, bidan Iis yang menangani Kurnaesih menyebutkan kalau almarhumah hanya tiga kali memeriksakan kehamilannya, yaitu pada pekan ke-30, ke-36 dan ke 39. Kondisi kehamilan pun normal meski sudah memasuki usia rawan.
Di hari kejadian, kata dia, Kurnaesih mengalami muntah darah dan pingsan sehingga harus dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke RSUD Ciereng, guna mendapatkan pertolongan lanjutan.
Karena ICU Ciereng dan rumah sakit sekitar penuh, maka ibu tersebut dibawa ke RS Hasan Sadikin Bandung yang lebih besar, dengan harapan ada ruangan dan peralatan yang lebih memadai.
“Sudah kontak ke rumah sakit terdekat pada penuh, jadi menuju RSHS yang lebih besar. Jadi problemnya hanya itu saja perjalanan jauh,” kata dia.
Selanjutnya, Dedi Mulyadi singgung soal minimnya rumah sakit rujukan di Jawa Barat