TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Ta'lif wa Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) dan PT Telkom Indonesia mengadakan seminar Mengenal dan Menangkal Hoaks di Pesantren Madinatunnajah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Selasa 28 februari 2023.
Pemimpin Redaksi Tempo.co, Anton Aprianto menjadi salah seorang pemateri. Ia menyampaikan tips mengenali bermacam hoaks atau berita palsu dan cara menangkalnya. Dijelaskannya, sebagian besar informasi bersumber dari media sosial. Salah satu cara untuk mengenali suatu berita itu hoaks atau bukan adalah dengan mempertimbangkan unsur logika.
"Misalnya ongkos naik haji turun jadi Rp 5 juta, itu pasti hoaks karena gak logis. Jadi, logika harus dibangun," kata Anton.
Ia menyebutkan, penyebaran hoaks sangat berbahaya, sehingga harus disaring terlebih dulu sebelum dibagikan. Sebab, bisa menimbulkan kecenderungan hoaks akan dipercaya sebagai sebuah kebenaran.
Produksi terbesar hoaks ada di media sosial sehingga masyarakat harus bijak menggunakannya. Anton mengingatkan adanya UU ITE yang bisa menjerat siapa pun. "Tanggung jawab kita sebagai pengguna medsos itu besar. Kalau kita belum benar-benar memastikan fakta atau hoaks, jangan disebarluaskan, bisa dituntut (dikenai UU ITE)," katanya.
Sepanjang 2018 hingga 2023, ada 9.417 konten yang sudah terdefinisi sebagai hoaks di media sosial. Bahkan terdapat 80 ribu situs yang menyebarkan hoaks. Sebagian motif produsen hoaks adalah kebutuhan ekonomi. "Prinsip dasar mengenal hoaks adalah tidak mudah percaya. Jangan mudah percaya. Belajarlah untuk verifikasi," ujarnya.
Anton Aprianto menjelaskan perlunya melihat tautan dan periksa dari media kredibel atau terverifikasi. Hal ini bertujuan mengetahui hoaks atau tidaknya berita yang ada di media online. "Jangan mudah meneruskan, kebiasaan ini harus dikurangi. Biasakan memeriksa kebenaran informasi yang diterima sebelum menyebar," kata dia.
Alasan Orang Memproduksi Hoaks
Komunikator Pemasaran Telkom Indihome, Afifuddin mengungkapkan hoaks dibuat untuk mendapatkan keuntungan. Mereka sengaja memancing agar berita atau ceritanya didengar dan dibaca. "Makanya hati-hati kalau ada berita. Jangan langsung dipercaya," ujar Afif.
Afifuddin menyebutkan, hoaks dapat menyebarkan propaganda atau mempengaruhi publik. Mereka termotivasi untuk menyebarkan berita tidak benar, dengan tujuan mendapat traffict pembaca atau penonton yang banyak.
"Judulnya heboh padahal beritanya tidak ada apa-apa. Judulnya heboh, dia sengaja untuk menarik perhatian," kata Afif, menambahkan.
Sekretaris Lembaga Komunikasi, Informasi, dan Publikasi LTN PBNU, H Hamzah Sahal mengatakan, NU pun punya tujuan untuk menangkal hoaks atau berita bohong tentang agama.
"NU itu didirikan memang salah satu tujuannya untuk menangkal hoaks agama Bagaimana caranya? Mengikuti mazhab dalam berfiqih, bertasawuf, dan berakidah," kata Hamzah.
Ia menegaskan, NU didirikan untuk memberikan acuan dalam beragama yang harus bermazhab agar tidak terkena hoaks. Sebab godaan dari orang yang tidak bermazhab adalah memberikan tafsir sendiri terhadap Alqur'an.
"Godaan tanpa sanad itu memberikan tafsir sendiri terhadap Alqur'an dan hadits itu. Makanya NU memberikan satu panduan beragama yaitu bermazhab," ujar Direktur Utama NU Online ini.
Menurut Ketua LTN PBNU H Ishaq Zubaedi Raqib, persoalan hoaks sudah ada sejak Alqur'an diturunkan. Di dalam Surat Al-Hujurat ayat 6, diterangkan bahwa jika orang-orang beriman mendapat kabar fasik maka hendaknya melakukan verifikasi atau tabayun.
"Kalau usia proses penurunan Alqur'an itu 1444 tahun lalu, maka hoaks sudah ada sepanjang usia Al-Qur'an itu diturunkan," kata Ishaq.
Sementara pembicara lainnya, Pengasuh Pondok Pesantren Madinatunnajah KH Muhammad Agus Abdul Ghofur menjelaskan usia hoaks sudah sangat jauh. Bahkan Nabi Adam pun pernah terkena berita palsu dari iblis. Hal ini sebagaimana termaktub di dalam Surat Al-A'raf ayat 19-22.
Allah berfirman kepada Nabi Adam untuk tinggal bersama sang istri di surga. Keduanya diberi kebebasan untuk mengonsumsi apapun, tetapi dilarang untuk mendekati satu pohon dan memakan buahnya.
"Sayangnya ada makhluk lain (iblis) yang lebih dulu tinggal di situ (surga) tapi tidak patuh kepada Allah, lalu makhluk ini diusir oleh Allah. Dia tidak rela Nabi Adam tinggal selamanya di surga. Mulailah melancarkan strateginya," ujar Kiai Agus.
Hoaks dimulai dari penyakit hati iblis terhadap Nabi Adam. Siapaun orang yang saat ini memproduksi hoaks apalagi dilatarbelakangi rasa benci, iri, marah, dan dengki maka disebut sebagai pengikut iblis. "Dari situlah menyusun strategi untuk membujuk dan mengajak Adam sebagai bapak manusia pertama agar dikeluarkan dari surge. Jadi tokoh hoaks pertama adalah iblis laknatullah," katanya.
Pilihan Editor: