Partisipasi generasi Y dan Z dalam politik di ruang digital bahkan semakin terlihat ketika mereka berhasil mengusung gerakan #ReformasiDikorupsi pada tahun 2019. Hal ini membuktikan bahwa kedua generasi tersebut memiliki potensi besar untuk mendominasi ruang politik pada masa yang akan datang.
Dalam Survei Nasional Anak Muda tahun 2021, diketahui bahwa anak muda dalam rentang usia 17-21 tahun telah memahami dan mampu memberikan pandangan mereka terkait isu sosial-politik, dan dapat memberikan suara mereka dalam ranah publik.
Mereka mampu memberikan pandangan mereka terkait isu-isu penting dalam ruang publik. Berdasarkan survei tersebut, anak muda menganggap permasalahan intoleransi sangat penting dan memerlukan penanganan yang mendesak.
Pemilih Milenial Perlu Memilah dan Memfilter Informasi agar Terhindar dari Hoaks
Meski kebal terhadap politik identitas, namun August khawatir dengan penyebaran hoaks politik identitas melalui media sosial dan pemanfaatan teknologi lainnya. "Kita punya kekhawatiran mungkin harus antisipasi politik identitas efek dari pemanfaatan teknologi, hoaks segala macem ya. Itu satu hal kita harus antisipasi," ucapnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, August menyarankan agar para pemilih muda memiliki cara untuk memilah dan memfilter informasi yang beredar di media sosial. Menurut August, lembaga survei yang kredibel menyebutkan bahwa anak muda memiliki cara sendiri untuk memilih informasi yang benar, setidaknya ada tiga cara yang bisa dilakukan menurut August.
"Pertama, apakah informasi itu sah atau tidak kalau diproduksi oleh lembaga yg otoritatif misalnya KPU, resmi," kata dia.
Tak hanya itu, para anak muda juga dinilai akan mengonfirmasi dengan selektif media apa yang menyebarkan informasi itu. "Apakah informasi tersebut dikonsumsi oleh media mainstream. Tetap mereka punya komunitas-komunitas kecil misalnya di sekolah atau melalui medsos mereka itu layak nggak dikonsumsi," ucapnya
Yang terakhir, kata August, filtrasi informasi itu bisa dilakukan dari lapisan terkecil yakni keluarga, orang tua dengan berdiskusi saat makan malam bersama. "Itu selain apakah informasi itu sah karena dari lembaga resmi, dan menjadi tren karena dikonsumsi media resmi," kata dia.
Di sisi lain, Gunarto mengatakan bahwa hal yang perlu diperhatikan saat ini adalah penguatan literasi politik. Dengan adanya media sosial kian tersebar konten yang berisi politik kebencian yang berpotensi berdampak negatif bagi generasi muda. Literasi politik memungkinkan generasi Y dan gen Z untuk memilah informasi yang baik perihal isu politik.
TIKA AYU | PUTRI SAFIRA PITALOKA
Pilihan Editor: KPU Sebut 60 persen Pemilih Indonesia di Pemilu 2024 Didominasi Kelompok Muda