Yang mengungkapkan bahwa tren minat bakal caores dan cawapres berkampanye dengan belanja iklan di media sosial akan terus bertambah porsinya. Tak hanya itu saja, bahkan platformnya akan lebih beragam. Disebut Yayan selain Facebook atau Meta, disusul Youtube, atau Tiktok.
"Hal ini dikarenakan pertama jumlah pengguna media sosial di Indonesia," katanya,
Yayan mengungkapkan melihat dari laporan We Are Social, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 191 juta orang pada Januari 2022. Dari perbandingan laporan tersebut, peningkatan user media sosial jadi 12,35 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 170 juta orang.
Alasan kedua, iklan di media sosial dianggap lebih cost-efficient dan dapat menjangkau target yang lebih khusus mukai dari usia, gender.
Dan alasan ketiga, kata Yayan, iklan kampenye politik di media sosial akan mengefisiensikan target kampanye yang terbatasi oleh waktu kampanye.
"Ketersediaan waktu kampanye yang relatif singkat yaitu 75 hari juga akan menjadi pertimbangan para kandidat untuk semakin banyak menggunakan digital ads karena daya jangkaunya yang lebih massif dibandingkan kampanye luring," ucapnya
Dari berbagai temuan TSRC, Yayan menyimpulkan kalau pemilu 2024 bakal jadi pemilu yang paling menarik, pasalnya penetrasi digital paling tinggi dalam sejarah Indonesia.
"Para bakal calon Presiden akan merogoh kantong milyaran rupiah untuk melakukan kampanye di media sosial,” tutup Yayan.
Pilihan Editor: Hadiri Peringatan Satu Abad NU, Prabowo Dikerubuti Nahdliyyin dan Diteriaki Presiden