100 Tahun NU: Sejarah Terbentuknya NU beserta Para Pendirinya

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Logo Nahdlatul Ulama. nu.or.id
Logo Nahdlatul Ulama. nu.or.id

TEMPO.CO, Jakarta -Organisasi islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU) akan memperingati seabad NU berdiri pada Selasa, 7 Februari 2023. Sebagai salah satu organisasi Islam tertua, NU memiliki sejarah yang panjang dan pengaruh kuat karena memiliki banyak pengikut di Indonesia.

NU sendiri pertama kali didirikan pada 31 Januari 1926 silam. Hal yang mendasari terbentuknya organisasi Islam ini adalah banyaknya perbedaan ideologi dan arah politik dalam agama Islam di Indonesia. Selain itu, organisasi ini pun terbentuk atas nama kaum tradisionalis dalam menanggapi berbagai fenomena di dunia Islam yang ada di dalam maupun di luar negeri.

Baca : Langkah Politik Suami Yenny Wahid Dhohir Farisi dari Gerindra ke PSI, Ini Profilnya

Lantas, bagaimana sejarah terbentuknya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU)? Berikut informasi mengenai sejarah Nahdlatul Ulama dan para pendirinya.

Sejarah Terbentuknya Nahdlatul Ulama

Melansir dari laman NU Online, awal mula sejarah terbentuknya Nahdlatul Ulama adalah karena berangkat dari pembentukan Komite Hijaz. Komite Hijaz adalah sebuah kumpulan panitia yang dibentuk oleh K.H Hasyim Asy’ari untuk dikirimkan ke Muktamar Dunia Islam. Tujuannya yaitu untuk melindungi kebebasan bermazhab dari kebijakan Raja Arab Saudi tentang mazhab.

Permasalahan keagamaan ini dihadapi oleh para ulama pesantren ketika Raja Arab Saudi dari Dinasti Saud ingin membongkar makam Nabi Muhammad SAW. Hal ini disebabkan karena makam tersebut menjadi tujuan ziarah banyak umat Muslim yang dianggap sebagai bid’ah. Selain itu, Raja Arab pun menerapkan kebijakan untuk menolak praktik mazhab dalam agama Islam. Dia ingin agar hanya mazhab Wahabi yang digunakan sebagai mazhab resmi kerajaan.

Rencana dari Raja Saud tersebut akhirnya di bawa ke Muktamar ‘Alam Islami atau Muktamar Dunia Islam. Kebijakan tersebut tentu menjadi masalah karena ulama pesantren menganggap hal tersebut sebagai upaya memberangus tradisi dan budaya dalam Islam yang selama ini telah berkembang. Selain itu, rencana tersebut pun dapat menjadi menjadi ancaman bagi peradaban Islam sendiri.

Saat itu, K.H Abdul Wahab Chasbullah yang tergabung dalam Centraal Comite Chilafat (CCC) menyampaikan jika delegasi CCC untuk Muktamar Dunia Islam harus mampu mendesak Raja Ibnu Saud untuk memberikan kebebasan bermazhab. Sistem mazhab yang selama ini berjalan di tanah Hijaz harus dilindungi dan dipertahankan. Hal tersebut disampaikan K.H Abdul Wahab dalam Kongres Islam Keempat di Yogyakarta.

Sayangnya, diplomasi tersebut selalu berakhir dengan kekecewaan. Akhirnya, dia pun melakukan langkah strategis dengan membentuk panitia sendiri yang bernama Komite Hijaz. Untuk menyampaikan pemikirannya di Muktamar Dunia Islam, Komite Hijaz menunjuk K.H Raden Asnawi sebagai delegasinya.

Pertanyaan baru pun muncul, untuk institusi mana Raden Asnawi tersebut dikirim? Akhirnya dengan persetujuan K.H Hasyim Asy’ari sebagai guru dari K.H Abdul Wahab, dibentuklah organisasi Jam’iyah Nahdlatul Ulama atau yang saat ini dikenal dengan Nahdlatul Ulama saja pada 16 Rajab 1344 Hijriah. Tanggal terbentuknya Nahdlatul Ulama tersebut bertepatan dengan 31 Januari 1926 Masehi.

Para Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)

Nahdlatul Ulama tidak mungkin ada hingga saat ini jika tidak memiliki orang-orang hebat sebagai pendirinya. Terdapat tiga orang tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah terbentuknya Nahdlatul Ulama ini. Ketiga orang tersebut adalah K.H Hasyim Asy’ari, K.H Abdul Wahab Chasbullah, dan K.H Bisri Syansuri.

Kala itu, K.H Hasyim Asy’ari ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi pertama Nahdlatul Ulama atau disebut juga sebagai Rais Akbar. Kemudian, disusul oleh K.H Abdul Wahab sebagai Rais Aam Kedua, dan K.H Bisri Syansuri sebagai Rais Aam ketiga.

Itulah rangkuman informasi mengenai sejarah terbentuknya Nahdlatul Ulama (NU) beserta para pendirinya. 

VIVIA AGARTHA F | RADEN PUTRI
Baca juga : Seabad Nahdlatul Ulama Menganut Paham Aswaja, Apakah Artinya?

 Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.








Kader Nahdlatul Ulama Berpeluang Bertarung di Pilpres 2024, Alissa Wahid: Yang Penting Punya Asas Kebangsaan

20 jam lalu

Alissa Wahid. TEMPO/Nurdiansah
Kader Nahdlatul Ulama Berpeluang Bertarung di Pilpres 2024, Alissa Wahid: Yang Penting Punya Asas Kebangsaan

Alissa Wahid menyatakan bangga karena banyak kader Nahdlatul Ulama yang mendapat dukungan untuk maju pada Pilpres 2024.


Alissa Wahid: PBNU Tidak Mengusulkan Nama Kader NU Tertentu untuk Maju Pilpres 2024

1 hari lalu

Alissa Wahid. Dok.TEMPO
Alissa Wahid: PBNU Tidak Mengusulkan Nama Kader NU Tertentu untuk Maju Pilpres 2024

Pernyataan Alissa Wahid tersebut merespon isu beberapa pengurus PBNU masuk dalam radar capres-cawapres di koalisi partai politik.


10 Masjid di Rusia yang Bersejarah hingga Termegah

4 hari lalu

Masjid-masjid di Rusia. Istimewa
10 Masjid di Rusia yang Bersejarah hingga Termegah

Masjid Juma Derbent merupakan masjid tertua di Rusia yang dibangun pada tahun 733 M. Masjid tersebut masuk dalam daftar warisan budaya UNESCO.


Anies Baswedan Mulai Dekati Pemilih NU, Said Aqil: Ya Boleh-boleh Saja

6 hari lalu

KH Said Aqil Siradj
Anies Baswedan Mulai Dekati Pemilih NU, Said Aqil: Ya Boleh-boleh Saja

Said Aqil Siradj tak keberatan dengan langkah bakal capres usungan Koalisi Perubahan Anies Baswedan dekati konstituen Nahdlatul Ulama.


Sudirman Said Sebut Tokoh NU Layak Jadi Opsi Cawapres Anies Baswedan

6 hari lalu

Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) resmi membentuk Koalisi Perubahan untuk Persatuan dengan mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024, Jumat, 24 Maret 2023. TEMPO/Ima Dini Syafira
Sudirman Said Sebut Tokoh NU Layak Jadi Opsi Cawapres Anies Baswedan

Sudirman Said mengatakan kader dari Nahdlatul Ulama (NU) sangat layak dipertimbangkan jadi calon wakil presiden bagi Anies.


Gerilya Aktivis NU di Balik Pertemuan Anies Baswedan dan Said Aqil Siradj

7 hari lalu

Anies Baswedan seusai memaparkan pidato kebangsaan dalam acara Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan Lintas Tokoh Kahmi untuk Indonesia Maju di kawasan Ancol, Jakarta Utara, Kamis, 16 Maret 2023. Foto Ima Dini Shafira
Gerilya Aktivis NU di Balik Pertemuan Anies Baswedan dan Said Aqil Siradj

Sejumlah kader dan aktivis Nahdlatul Ulama atau NU bergerilya untuk memperkenalkan calon presiden Anies Baswedan kepada warga Nahdliyin.


Banser Depok Bakal Jaga Masjid dan Kawal Ulama Selama Ramadan

12 hari lalu

Pengurus Banser Depok rapat persiapan pelaksanaan pengamanan Ramadan 1444 Hijriah di Kantor PCNU Kota Depok, Kelurahan Kalimulya, Kecamatan Cilodong, Rabu malam, 15 Maret 2023. Foto : Dok. Banser Depok
Banser Depok Bakal Jaga Masjid dan Kawal Ulama Selama Ramadan

Banser Depok menyatakan siap membantu aparat keamanan untuk menjaga kondusifitas dan kekhusyuan umat Islam selama Ramadan 1444 H


Libatkan Ahli Gizi, PWNU Yogyakarta Imbau Menu Sahur dan Buka Puasa Sehat Atasi Stunting

14 hari lalu

Pembeli memilih aneka menu berbuka puasa dan jajanan khas Ramadan di Pasar Bendungan Hilir Jakarta, (11/8). Pasar yang digelar setiap bulan puasa itu menjadi salah satu lokasi favorit warga ibukota berburu kebutuhan berbuka puasa dan sahur. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Libatkan Ahli Gizi, PWNU Yogyakarta Imbau Menu Sahur dan Buka Puasa Sehat Atasi Stunting

Ahli gizi dari puskesmas di lima kabupaten/kota DIY dan agar dapat ikut memonitor menu sahur dan buka puasa para santri di pondok pesantren.


Optimistis Maju Pilpres 2024, Muhaimin Iskandar: Dosa dan Haram kalau Saya Nggak Pede

15 hari lalu

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kiri) menghadiri Ijtima Ulama Jakarta di Jakarta, Kamis 2 Februari 2023. PKB menggelar Ijtima Ulama Jakarta dengan mengusung tema
Optimistis Maju Pilpres 2024, Muhaimin Iskandar: Dosa dan Haram kalau Saya Nggak Pede

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menyatakan optimistis bisa maju sebagai calon presiden 2024.


Cak Imin Merasa Berhak Manfaatkan NU untuk Kepentingan Politik

15 hari lalu

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) memberikan sambutan saat penandatanganan petisi perlindungan anak di Sarinah, Jakarta, Ahad, 8 Januari 2023. Cak Imin berharap dengan adanya petisi ini bakal mendorong kontrol yang lebih kuat terhadap perlindungan anak. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Cak Imin Merasa Berhak Manfaatkan NU untuk Kepentingan Politik

Jika PKB dipercaya memimpin negeri, Cak Imin menyebut akan bisa mewujudkan Indonesia sebagai negeri yang adil, makmur, dan sejahtera.