TEMPO.CO, Jakarta - Tim Kuasa hukum terdakwa Putri Candrawathi memohon kepada majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk membebaskan klien mereka dari segala dakwaan perkara pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir Yosua.
“Penasihat hukum terdakwa memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara ini agar menjatuhkan putusan dari segala dakwaan (vrijspraak), atau setidak-tidaknya dinyatakan lepas dari segala tuntutan (onslag van alle rechts vervolging),” kata Koordinator Tim Kuasa Hukum Putri Candrawathi, Arman Hanis, saat membacakan pleidoi, Rabu, 25 Januari 2023.
Arman meminta majelis hakim menyatakan istri Ferdy Sambo itu tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan Tindak Pidana Pembunuhan Berencana atau Tindak Pidana Pembunuhan secara bersama-sama sebagaimana dimaksud dalam Dakwaan Primair Pasal 340 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP dan Dakwaan Subsidair Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP.
Baca juga: Kuasa Hukum Putri Candrawathi Minta Garis Polisi Rumah Dinas Ferdy Sambo Dicabut
Kemudian, poin petitum selanjutnya meminta hakim memerintahkan Penuntut Umum untuk mengeluarkan terdakwa Putri Candrawathi dari Rumah Tahanan Kejaksaan Agung Republik Indonesia Cabang Salemba. Kuasa hukum juga meminta majelis hakim memulihkan nama baik dan hak terdakwa Putri Candrawathi dalam kemampuan, kedudukan harkat dan martabatnya seperti semula.
“Kami juga meminta majelis hakim memerintahkan penuntut umum untuk pencabutan garis polisi di rumah terdakwa yang terletak di Jalan Duren Tiga No. 46, Jakarta Selatan dan memerintahkan penuntut umum agar mengembalikan barang-barang milik terdakwa dan keluarga terdakwa,” kata Arman Hanis.
Kuasa hukum menuturkan apabila majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain, pihaknya memohon agar putusan seadil-adilnya (ex aequo et bono) terhadap Putri.
Selain pembelaan yang dibacakan kuasa hukum, Putri Candrawathi juga membacakan pleidoi pribadinya. Dalam pleidoi yang diberi judul Surat dari Balik Jeruji itu Putri menyatakan menyesal karena menceritakan peristiwa pelecehan seksual terhadapnya karena menjadi aib. Andai waktu bisa diputar kembali, Putri mengatakan, ia memilih untuk diam karena jika menceritakan akan semakin membuatnya trauma.
Putri sebelumnya dituntut 8 tahun penjara dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua.
Jaksa menyimpulkan Putri Candrawathi telah memenuhi unsur perbuatan pembunuhan berencana sebagaimana yang telah didakwakan dalam dakwaan Pasal 340 KUHP juncto pasal 55 ayat ke-1 KUHP.
“Kami penuntut umum dalam perkara ini menuntut supaya majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan, menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Putri Candrawathi dengan pidana penjara selama 8 tahun dipotong masa tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan,” kata jaksa saat membaca tuntutan.
Dalam perkara ini Putri Candrawathi, Ferdy Sambo, Bripka Ricky Rizal alias Bripka RR, Kuat Maruf dan Bharada Richard Eliezer alias Bharada E, didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap Yosua. Pada Oktober lalu, mereka didakwa dengan Pasal 340 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP subsider Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dengan ancaman maksimal hukuman mati atau penjara seumur hidup.
Tuntutan Putri serupa dengan tuntutan terhadap Ricky Rizal dan Kuat Ma’ruf, yakni 8 tahun penjara. Adapun Ferdy Sambo, yang merupakan suami Putri Candrawathi, dituntut jaksa hukuman penjara seumur hidup. Sedangkan Richard Eliezer dituntut 12 tahun penjara karena menjadi eksekutor Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Baca juga: 3 Poin Isi Pledoi yang Disampaikan Putri Candrawathi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.