TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia, Teten Masduki mengapresiasi perusahaan swasta, termasuk Nestlé, atas dukungan serta kemitraan yang telah dijalin dengan koperasi di Indonesia sebagai pemasok kebutuhan industri ataupun pasar alias off taker bagi produksi susu di Koperasi peternak sapi perah. Hal itu terutama dilakukan kepada para peternak sapi perah dalam menghadapi pandemi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada 2022 yang menyebabkan penurunan produktivitas susu para peternak sapi perah di Indonesia hingga mencapai 30-40 persen. "Kami berharap dukungan serta kemitraan ini tidak hanya berperan sebagai off taker tetapi terus berlanjut meningkat dalam pengembangan komoditi lain seperti kopi, cokelat, dan sebagainya,” kata Teten dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada pertengahan Januari 2023.
Sebelumnya, Teten hadir di Paviliun Indonesia untuk melakukan diskusi strategis pada World Economic Forum (WEF) yang digelar pada hari Rabu, 18 Januari 2023 di Davos, Swiss. Pada momen itu, hadir pula Duta Besar Indonesia untuk Swiss, Muliaman Hadad; Ketua Komite Swiss KADIN Indonesia, Francis Wanandi; Deputi Bidang Perkoperasian, Ahmad Zabadi; Deputi Bidang UKM, Hanung Harimba; Direktur Utama LPDB KUMKM, Supomo; Global Head of Operations Nestlé, Magdi Batato; dan Head Economics & International Relations Nestlé, Ghislaine Weder.
World Economic Forum (WEF) merupakan salah satu organisasi non-pemerintah internasional terbesar yang dikenal dengan pertemuan tahunannya. WEF memiliki misi untuk memperbaiki keadaan dunia dengan melibatkan pemimpin bisnis, politik, akademik, dan masyarakat untuk membentuk agenda global, regional, dan industri, dengan tujuan dapat mempengaruhi secara langsung agenda dan pengambilan keputusan global, serta memediasikan kerja sama antara publik-swasta. Tahun ini, forum tersebut diikuti oleh lebih dari 130 negara dan lebih dari seribu perusahaan di dunia.
Sejak 1975, Nestlé Indonesia telah bermitra dengan peternak sapi perah di Jawa Timur dan petani kopi di Lampung dan memberikan pendampingan teknis dan bantuan lainnya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi susu segar, serta memastikan keberlanjutan lingkungan. Melalui tim Milk Procurement and Dairy Development (MPDD), Nestlé Indonesia juga memberikan pendampingan dan pelatihan, sejalan dengan misi jangka panjang Nestlé untuk mendukung dan mempercepat transisi ke sistem pangan regeneratif, yang tidak hanya melindungi tetapi juga memulihkan lingkungan untuk generasi mendatang.
Selama lebih dari 50 tahun pun, Nestle untuk berinvestasi di Indonesia dengan fokus menciptakan lebih banyak lapangan kerja, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku setempat, dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi Indonesia. “Hingga saat ini, Nestlé telah melakukan investasi sebesar AS 100 juta dolar melalui perluasan kapasitas tiga pabrik di Karawang, Jawa Barat; Panjang, Bandar Lampung; dan Kejayan, Pasuruan, Jawa Timur. Selain itu, kami juga berinvestasi sebesar AS 220 juta dolar dalam pengembangan pabrik baru di Batang, Jawa Tengah. "Kami berharap kontribusi dan kemitraan Nestlé dengan para pemangku kepentingan di Indonesia dapat terus berjalan dengan baik,” kata Magdi Batato.
Baca: Menteri Teten: Yang Kita Ekspor Nanti Bumbu, Bukan Lagi Rempahnya