TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Prima Yosephine membeberkan penyebab di balik naiknya kasus Campak hingga 32 kali lipat yang terkonfirmasi tahun 2022 di Indonesia.
Menurut data yang dihimpun Kemenkes RI, kasus Campak tahun 2022 mencapai 3341 terkonfirmasi, dan kasus ini tersebar 223 kabupaten kota di 31 provinsi.
"Di Indonesia 2 sampai 3 tahun sampai saat ini, sejak kita terdampak dari pandemi covid-19, sehingga dari itu berdampak langsung terhadap membuat implikasi yang tidak baik,"ungkapnya saat Konferensi Pers, Jumat, 20 Januari 2023.
Lanjut Prima mengatakan, pandemi juga menghambat cakupan imunisasi di Indonesia, sehingga kata Prima jika menilik cakupan Imunisasi di Indonesia kelihatan memang turun secara signifikan.
"Penyebabnya memang waktu pertama kali pandemi, kan slogan kita adalah di rumah saja kalau tidak perlu. Maka ortu tidak ada anak dibawa di pelayanan imunisasi," ujarnya.
Lalu kata Prima, di tahun kedua pandemi Covid-19 2021, pelonjakan kasus Covid -19 varian delta kembali terjadi dan itu mengakibatkan orangtua berat dan hati-hati membawa anak keluar.
"Anak-anak yang tidak membawa mendapatkan imunisasi ini, tentu akan mengakibatkan resiko yang makin besar terhadap tertularnya penyakit-penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi termasuk campak," paparnya.
Dan dampak dari pertambahan kasus Campak ini kata Prima, lebih mengkhawatirkan yakni komplikasi penyakitnya. Apalagi kata Prima, bila menyasar anak-anak dengan kondisi gizi yang buruk.
"Anak ini, biasanya akan langsung disampai dengan komplikasi seperti diare berat bahkan sampai penyakit kuning, radang paru-paru, radang otak infeksi selaput," jelasnya.
Diingatkan Prima kalau Campak memiliki daya menularnya yang cepat, dan hanya bisa dikendalikan jika anak mengikuti diimunisasi.
"Sehingga yang kita tekankan di sini adalah imunisasi sesuai dengan jadwalnya, supaya anak itu bisa terhindar dari campak,"