TEMPO.CO, Jakarta - Di tahun politik 2023 ini, berbagai rangkaian tahapan untuk menuju ke pemilihan umum atau Pemilu 2024 dan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada 2024 mendatang mulai dilancarkan. Mulai dari penentuan partai politik (parpol) yang lolos ikut pemilu, hingga persiapan kampanye pun mulai ramai dilakukan, bahkan sejak tahun kemarin.
Mudiyati Rahmatunnisa, pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) mengungkapkan tahapan yang paling ramai dalam rangkaian pemilu adalah kampanye. Walaupun ada waktu tersendiri untuk pelaksanaannya, namun jika memahami prosesnya, maka tahapan penting ini dapat dilakukan oleh siapa pun jauh sebelum pendaftaran calon peserta pemilihan.
“Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, jadi sudah dimulai proses kampanye itu oleh siapa pun. Tidak cuma kandidat, tim sukses, atau partai politik, tetapi sekarang karena kemajuan teknologi juga ya, sekarang itu profesi yang kemudian bisa membantu aktivitas kampanye juga sudah menjadi profesi yang umum kita temui ya,” kata Mudiyati kepada tempo.co, Ahad 1 Januari 2023.
Ada beberapa profesi yang dimaksud Ketua Program Pascasarjana Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unpad ini. Di antaranya adalah tim kampanye profesional, sukarelawan, dan buzzer politik.
Baca: Deretan Figur Sentral dari 18 Partai Politik dalam Persaingan Pemilu 2024
Professional Campaigners
Baik di Indonesia maupun di luar negeri, menurut Mudi, banyak professional campaigner yang dipekerjakan oleh partai politik. Pekerjaan mereka tidak lain adalah membantu parpol dalam proses kampanye mereka untuk mencari suara agar menang dalam pemilihan. Namun perlu diingat bahwa professional campaigners ini berbeda dengan tim sukses.
Tenaga profesional seperti ini banyak dicari oleh para kandidat atau parpol yang akan maju dalam pemilihan, khususnya pada tahun politik seperti saat ini. Mereka ditunjuk untuk menyusun strategi dalam kampanye, menentukan bentuk komunikasi politik apa yang akan digunakan, hingga menyesuaikan target khalayak agar khalayak dapat percaya dan memilih mereka dalam pemilu.
Volunteer
Selain tenaga profesional, di Indonesia juga banyak orang-orang yang dengan sukarela meluangkan waktu mereka untuk mendukung jagoan mereka dalam pemilu. Volunteer ini biasanya adalah mereka yang memang sudah loyal pada satu kubu tertentu dan ingin mendukung jagoannya agar menang.
Volunteer kampanye umumnya memberikan dukungan positif dalam setiap kegiatan kampanye yang dilakukan jagoannya. Dukungan ini dapat dilakukan baik secara langsung maupun melalui media sosial. Yang biasanya dilakukan oleh sukarelawan di media sosial untuk mendukung pilihannya adalah dengan berkomentar pada postingan jagoannya.
Ada juga yang kemudian membagikan postingan partai atau kandidat pilihannya dengan kalimat promosi, bahkan ada pula yang dengan sengaja membuat akun-akun khusus untuk mendukung kubu pilihannya. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi parpol yang didukungnya, sebab mereka jadi memiliki pendukung yang siap mempromosikan mereka tanpa mengeluarkan biaya.
Buzzer politik
Buzzer adalah orang-orang yang dibayar untuk mempromosikan suatu produk atau kegiatan. Tentunya buzzer politik memiliki peran dalam membantu parpol dalam mengampanyekan kandidat mereka agar masyarakat memilih, atau setidaknya mengenal calon yang mereka bawa.
Umumnya, buzzer melakukan pekerjaan mereka di media sosial, baik itu di TikTok, Instagram, Twitter, Facebook, maupun platform lainnya. Mereka dituntut untuk membuat akun serta konten-konten yang menarik untuk mengajak audiensnya agar memberikan suara kepada kandidat yang mempekerjakannya.
Menurut Mudiyati, ketiga profesi tersebut tidaklah selalu digunakan para peserta pemilu atau parpol. "Kembali lagi kepada kebijakan dari masing-masing kandidat atau parpol untuk menentukan sendiri apa yang mereka butuhkan demi memenangkan pemilihan. Apakah mereka bisa melakukan kampanye dengan tenaga timnya sendiri, maupun butuh bantuan lain.," kata dia.
PUTRI SAFIRA PITALOKA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.