TEMPO.CO, Karanganyar - Penolakan terhadap isu penerapan sistem proporsional tertutup pada Pemilu 2024, terus mengalir. Jajaran pengurus Partai Demokrat juga menegaskan penolakan mereka terhadap sistem itu.
Andi Mallarangeng, selaku Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, menyebut jika sistem pemilu proporsional tertutup diterapkan, sama saja dengan mengambil hak rakyat untuk memilih langsung wakil-wakil rakyatnya sendiri.
"Ibarat membeli kucing dalam karung. Sebab dengan sistem proporsional tertutup itu kan wakil-wakil rakyat yang dipilih hanya tanda-tanda gambarnya. Calon-calon wakil rakyat tidak dikenal oleh rakyatnya dan juga tidak mengenal rakyatnya. Mereka nantinya hanya akan jadi kader-kader jenggot, akarnya ke atas bukan ke bawah," kata Andi kepada awak media saat mendampingi Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Karanganyar, Ahad, 1 Januari 2023.
Menurut Andi Mallarangeng, sistem proporsional tertutup itu tidak sejalan dengan yang diterapkan Partai Demkrat, yang mendorong para kadernya untuk turun ke bawah bersama rakyat.
"Pak SBY (selaku Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat) juga sudah memberikan arahan bahwa semua kader Partai Demokrat harus turun bersama rakyat, untuk menangkap, mendengarkan aspirasi rakyat, dan memperjuangkannya. Untuk itu kami tidak setuju jika sistem proporsional tertutup itu diterapkan dalam Pemilu 2024. Kami tegas menolaknya," ucap Andi.
Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Tengah, Rinto Subekti menambahkan penolakan terhadap isu penerapan sistem proporsional tertutup dalam Pemilu 2024 merupakan ikhtiar untuk menyelamatkan demokrasi dari sandera atau pembajakan politik oleh kekuatan politik tertentu.
Menurut Rinto, pemberlakuan Pemilu dengan sistem proporsional tertutup juga menjadi wujud kemunduran demokrasi dan bentuk nyata pembodohan rakyat atau publik, sekaligus mengkianati cita-cita reformasi yang mengamanatkan sistem demokrasi secara terbuka dengan menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi.
"Pemilu dengan sistem proporsional tertutup juga tidak akan melahirkan pemimpin-pemimpin terbaik, yang dekat dan disukai rakyat. Masyarakat akan dipaksa memilih para pemimpinnya secara tidak ideal, seperti memilih kucing dalam karung," katanya.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.