TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi enggan berkomentar banyak soal potensi cuaca ekstrem yang akan melanda Indonesia di akhir tahun ini. Jokowi menyerahkan urusan tersebut kepada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG.
"Ikuti semua informasi dan ikuti semua yang disampaikan oleh BMKG," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rahu, 28 Desember 2022.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati telah mengatakan bahwa potensi cuaca ekstrem pada periodel Natal dan Tahun Baru 2022/2023 saat ini mengingatkan kepada cuaca ekstrem yang terjadi pada periode yang sama 2019/2020 lalu. Saat itu hujan lebat turun sepanjang malam tepat di malam pergantian tahun, tembus hingga pagi, dan menyebabkan banjir besar di Jabodetabek.
Baca juga: Antisipasi Cuaca Ekstrem, Polri Siagakan Anggota SAR
Yang terkini memang menyerupai, meski intensitas hujan yang terjadi pada beberapa malam belakangan ini tak setinggi pemicu banjir besar tiga tahun lalu. Penyebabnya, menurut Dwikorita, level intensitas La Nina saat ini yang lemah.
“Bedanya, saat itu (tiga tahun lalu) sudah mulai terjadi La Nina. La Nina dapat meningkatkan curah hujan hingga 70 persen,” kata Dwikorita dalam konferensi pers daring pada Selasa, 27 Desember 2022.
Meski begitu, Dwikorita mengingatkan kalau kali ini harus tetap waspada karena adanya beberapa faktor dinamika atmosfer lainnya yang berpotensi menghadirkan cuaca ekstrem di wilayah Indonesia sepekan ke depan. "Ingat, ada arus lintas ekuatorial (CENS), Madden Julian Oscillation, Monsun Asia, dan puncak musim hujan.”
Dwikorita memperlihatkan peta sebaran hujan Jabodetabek 31 Desember 2019 pukul 07.00 WIB hingga 1 Januari 2020 pk 07.00 WIB . Tertulis catatan bahwa wilayah Jabodetabek umumya hujan sedang hingga ekstrem. Konsentrasi hujan merata di seluruh wilayah Jabodetabek. Curah hujan harian tertinggi terukur di Halim yaitu sebesar 377 mm.
Sekilas legenda curah hujan, kategori ekstrem dengan curah hujan di atas 150 mm/hari. Kategori sangat lebat 100 - 150 mm/hari dan lebat pada kisaran 50 - 100 mm/hari.
Menurut Guswanto, Deputi Meteorologi BMKG, masyarakat harus waspada karena cuaca ekstrem selalu ada di puncak musim hujan antara Desember, Januari dan Februari. Ia berharap infrastruktur di tata kelola air perlu ditingkatkan. “Kalau infrastruktur bagus, tertampung, hujan seekstrem apapun tidak akan menimbulkan permasalahan banjir dan lainnya,” jelasnya.
Sementara sebelumnya, peneliti klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengungkap prediksinya kalau akan terjadi hujan ekstrem dan badai dahsyat pada 28 Desember 2022. Peringatan dini ditujukannya untuk wilayah Jabodetabek, terutama Bekasi dan Tangerang.
Erma menuturkan, badai dahsyat dari laut akan dipindahkan ke darat melalui dua jalur. Pertama, dari barat, melalui angin baratan yang membawa hujan badai dari laut (westerly burst). Kedua, dari utara, melalui angin permukaan yg kuat (northerly, CENS).
"Maka Banten dan Jakarta-Bekasi akan menjadi lokasi sentral tempat serangan badai tersebut dimulai sejak siang hingga malam pada 28 Desember 2022," katanya via akun media sosial Twitter pada Senin 26 Desember 2022. Erma menambahkan, "Konvergensi di darat juga akan terjadi secara massif sehingga hujan persisten pada 28 Desember 2022 akan terjadi meluas, menjangkau wilayah lain di Jawa bagian barat."
Dalam keterangan yang diberikannya hari ini, BMKG menjelaskan CENS (arus lintas ekuatorial) sebagai seruak angin dingin Asia yang sampai menyeberangi ekuator, masuk wilayah Indonesia. Dampaknya secara tidak langsung pada peningkatan curah hujan dan kecepatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator.
"Potensi hujan lebat sampai sangat lebat di periode 27 Desember 2022 - 02 Januari 2023 dapat terjadi di Banten sampai NTT," kata BMKG.
Baca juga: Waspada Cuaca Ekstrem Hari Ini, BPBD DKI Sebut Hujan Disertai Angin Kencang pada Siang Hari