6. Ni Kadek Putri Adnyaningsih, wakil perguruan tinggi yang juga pegiat lingkungan dan pendidikan berkelanjutan
Sementara Ni Kadek Putri Adnyaningsih, pendiri Teens Go Green Indonesia adalah pegiat lingkungan dan pendidikan berkelanjutan. "Kami menyebarkan virus cinta lingkungan," katanya. Beberapa upaya yang dilakukan melalui sekolah bijak plastik, kampanye, edukasi lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.
Salah satu aksi Teens Go Green Indonesia adalah "Styrofoam? No, Thanks!". Ini merupakan kampanye untuk mengurangi pemakaian wadah styrofoam, terutama sebagai wadah makanan yang berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan. Menutip data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebanyak 59 persen sampah yang mencemari Teluk Jakarta adalah sampah plastik yang didominasi styrofoam.
7. Tirza Listiarani, Direktur Program 2030 Youth Force Indonesia
Direktur Program 2030 Youth Force Indonesia Tirza Listiarani mengatakan, organisasinya berfokus pada menghentikan perkawinan anak, terutama di tiga wilayah, yakni Lombok, Nusa Tenggara Barat; Jember, Jawa Timur; dan Garut, Jawa Barat. "Kami berupaya sekuat tenaga menyetop perkawinan anak dan kekerasan terhadap perempuan," katanya.
Tiza yang biasa disapa Sasa ini menceritakan bagaimana perempuan di berbagai daerah masih mengalami kawin paksa. Di usia muda, saat para perempuan itu seharusnya masih mengenyam pendidikan dan ingin mengembangkan potensinya, ternyata harus dijodohkan, membina rumah tangga, dan menjalankan fungsi reproduksi. "Saat mereka masih mengenali tubuhnya, mereka juga harus mengambil tanggung jawab sebagai seorang ibu," ucapnya.
Tirza Listiarani melanjutkan, target SDGs begitu banyak dan sulit tercapai apabila dilakukan secara parsial atau dari satu kelompok saja. "Maka kita semua harus terlibat, termasuk aku," katanya. "Berangkat dari pertanyaan, apakah mungkin mewujudkan pencapaian SDGs yang begitu tinggi? Itulah yang menginspirasi aku untuk ambil bagian dalam SDGs."
Ruang Inklusi dalam SDGs Annual Conference bertema Clinic dan Mini Seminar 3: Menyiapkan Orang Muda untuk Transisi Ekonomi yang Inklusif Menuju Ekonomi Hijau di Hotel Sultan Jakarta pada Jumta, 2 Desember 2022. (dari kiri) Yasmin Sekar Arum, pemenang Smarter World Innovation Challenge; Irma Chantilly , partner konstelasi accelerator Supernova Ecosystem Koalisi Ekonomi Membumi; dan Adhitya Herwin Dwiputra, pendiri Aku Petani Indonesia. Dok. Youtube SDGs Indonesia
8. Yasmin Sekar Arum, pemenang Smarter World Innovation Challenge
Yasmin menunjukkan aksi nyata dengan menyambungkan setrum ke daerah-daerah tertinggal, terpencil, dan terluar (3T). Lebih dari 8.000 desa di Indonesia belum terjangkau listrik dari PLN. Padahal riset menunjukkan, masyarakat yang memiliki akses listrik mampu meningkatkan penghasilan mereka. "Semakin mudah akses ke listrik, maka aktivitas bisa semakin tinggi dan efisien," kata Yasmin.
Hanya saja, dia melanjutkan, kalaupun suatu desa mendapatkan pasokan listrik, jangan bayangkan akses dan upaya menikmatinya begitu mudah. Pada umumnya, kendala setrum di daerah terpencil, terluar, dan tertinggal adalah keterbatasan durasi sambungan listrik yang hanya sekitar 6-12 sehari, ongkos membangun infrastruktur listrik mahal, persoalan regulasi, hingga terbatasnya akses ke lokasi atau kawasan yang akan dialiri listrik.
Itu sebabnya, Yasmin mengatakan, butuh kolaborasi antara ilmu pengetahuan, pemerintah, bisnis yang berkelanjutan, dan inovasi dalam usaha mengalirkan setrum ke desa-desa. Upaya memasok listrik saat ini lebih mengedepankan keberlanjutan dengan menerapkan teknologi berbasis surya, angin, air, dan sebagainya yang lebih ramah lingkungan.
Soal modal dalam membangun infrastruktur kelistrikan tadi, Yasmin mengatakan, proyeknya menggandeng pihak ketiga, yakni perbankan. Menurut dia, biaya merupakan persoalan yang kerap mengganjal upaya penyaluran listrik ke desa-desa di daerah terpencil. Setelah listrik terpasang, masyarakat mencicil ongkos produksi listrik tadi sebesar Rp 10 ribu per orang.
9. Adhitya Herwin Dwiputra, pendiri Aku Petani Indonesia
Adhitya Herwin Dwiputra adalah sarjana pertanian dari Universitas Gadjah Mada. Selama tujuh tahun, dia membangun gerakan Aku Petani Indonesia yang menyasar generasi muda gaar menjadi petani millenial, penjaga ketahanan pangan dengan pertanian berkelanjutan. "Perlu strategi untuk membranding pertanian secara positif dan mengajak anak-anak muda untuk turun dan berkontribusi," kata Adhitya.
Pada mulanya, Adhitya merumuskan bagaimana mengenalkan pertanian kepada siswa SD, SMP, SLTA, hingga perguruan tinggi. "Kami mencari bentuk kurikulum yang terbaik seperti apa," ucapnya. Untuk pelajar SD dan SMP, pengenalan materi pertanian cukup dengan contoh yang sederhana. Sementara untuk pelajar SMA dan mahasiswa, kurikulumnya lebih mengedepankan teknik, teknologi, dan manfaat. "Sekarang Aku Petani Indonesia academy sudah memiliki kurikulum yang pas untuk semua lini.
10. Juan Aprilliano Chandra, pendiri dan CEO Plana
Juan mengembangkan usaha berkelanjutan di bidang manufaktur, khususnya polimer. Perusahaannya berupaya mendaur ulang plastik, menggeser penggunaan kayu dengan sekam, dan menciptakan pekerjaan layak yang lingkungan. Juan menyampaikan dilema perusahaan dalam memandang sampah. "Sampah ini sebenarnya uang, tetapi menjadi sesuatu yang dibuang, dan bisa masuk kategori biaya di perusahaan," ujarnya.
Berasal dari keluarga yang turun-temurun bergelut di dunia manufaktur, Juan memilih memandang sampah sebagai uang, tidak dibuang, melainkan diolah menjadi sesuatu yang dapat digunakan ulang, sehingga menghasilkan pendapatan. "Saya melihat usaha keberlanjutan ini dari sisi ketahanan ekonomi dulu, baru lingkungan, kemudian masyarakat," ujarnya. "Sebab, kalau kaki ekonominya tidak kuat, maka dia akan runtuh."
Itu sebabnya, Juan menjelaskan, jangan sampai ada yang salah paham dengan istilah green jobs. Green jobs bukanlah jenis pekerjaan, spesifikasi profesi, atau satu bidang yang khusus di sektor lingkungan. "Green jobs itu softskill yang memahami apa itu pembangunan berkelanjutan," kata Juan.
Contoh, menurut dia, Tesla adalah sebuah perusahaan yang menerapkan green job karena menerapkan keberlanjutan usaha melalui energi terbarukan, meski bisnis intinya adalah industri otomotif. "Jadi, usaha apapun bisa dianggap sustainable ketika menerapkan sisi keberlanjutan, seperti diterjemahkan dalam target-target SDGs," ujarnya. Artinya, green jobs itu ada di mana-mana dan tidak bisa dimaknai dalam lingkup yang sempit.
DUTA KAMPUS SDGs
Pada hari kedua SAC Annual Conference 2022, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional juga memberikan penghargaan Duta Kampus SDGs sebagai apresiasi kepada orang muda, khususnya mahasiswa dan mahasiswi dalam mensosialisasikan SDGs di lingkungan sekitar dan perguruan tinggi. Mereka juga terlibat aktif dalam aksi nyata pelaksanaan pencapaian SDGs melalui program-program yang inovatif dan kreatif.
Berikut daftar pemenang Duta Kampus SDGs yang terbagi dalam lima kategori.
1. Kategori Inspirasi
• Universitas Padjadjaran
2. Kategori Implementasi
• Universitas Hasanuddin
• Politeknik Pelayaran Banten
• Universitas Jember
3. Kategori Sosialisasi
• Institut Teknologi Bandung (ITB)
• Universitas Trisakti
• Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS)
4. Kategori Inovasi
• Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
• Universitas Gadjah Mada
• Universitas Bengkulu
5. Kategori Apresiasi
• Universitas Gorontalo
• Universitas Andalas
• Universitas Mataram
• Universitas Islam Riau
• Universitas Indonesia
• Universitas Diponegoro
• Universitas Bandar Lampung
• Universitas Airlangga
(*)