INFO NASIONAL - Masyarakat Indonesia pernah mengalami masa sulit pada tahun 1998 dan tahun 2008. Krisis yang paling berdampak adalah krisis 98 karena perubahan harga bensin serta bahan kebutuhan pokok meningkat drastis.
Tidak hanya faktor ekonomi negara saja, masa sulit bisa dialami setiap orang ketika negara sedang baik-baik saja. Contoh, ketika Anda berbisnis tiba-tiba penjualan menurun selama berbulan-bulan, atau Anda terkena PHK secara tiba-tiba.
Masa sulit yang merepotkan kondisi keuangan memang tidak ada di kalender. Bisa terjadi kapan saja dan ke siapa saja. Oleh karena itu, hal yang bisa dilakukan hanyalah mempersiapkan kondisi keuangan ketika Anda berada di masa sulit.
Bagaimana caranya? Berikut lima kiat yang patut diperhatikan.
1. Cek kondisi keuangan
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mendiagnosa kondisi keuangan. Bandingkan berapa banyak pengeluaran serta pemasukan yang didapatkan setiap bulan. Jika pengeluaran sudah lebih dari 70 persen, Anda perlu melakukan evaluasi keuangan secara menyeluruh. Selain itu, jika Anda ingin mengajukan cicilan dan pinjaman, maka Anda wajib mempertimbangkan besaran cicilan dan pinjaman tersebut. Jangan sampai melebihi sepertiga penghasilan.
Jika pendapatan Anda Rp10 juta per bulan, pastikan cicilan tidak lebih dari Rp3 juta per bulan, agar Anda bisa mengalokasikan dana untuk keperluan bulanan, belanja, tabungan, hingga persiapan dana masa depan.
2. Disiplin dan komitmen dengan perencanaan
Jika Anda sudah memiliki perencanaan keuangan, pastikan untuk mematuhi perencanaan yang sudah dibuat, sehingga pada saat akhir bulan tidak perlu menombok jika pengeluaran melebihi dari bujet yang sudah direncanakan.
Terkadang hal yang paling sulit dalam mengatur keuangan adalah memegang komitmen sendiri. Umumnya banyak yang melanggar perencanaan keuangan sehingga pada akhirnya memberikan toleransi terus menerus pada diri sendiri. Akibatnya, arus keuangan sering kali tersendat dan meronta di akhir bulan.
3. Segera lunasi utang dengan bunga tinggi
Jika Anda memiliki cicilan dan pinjaman yang bisa dilunasi lebih awal, segeralah untuk melunasinya. Terutama jika utang tersebut memiliki bunga yang tinggi. Gunakan aset atau tabungan jika terpaksa harus melunasi lebih awal, asalkan tidak menambah beban di masa depan.
Cara terbaik untuk bisa menyeimbangkan neraca keuangan adalah dengan melunasi utang atau menambah pendapatan. Jika tidak bisa melunasi utang dengan segera, maka Anda perlu mencari sumber pendapatan baru sehingga dana cadangan menjadi lebih banyak terutama dalam mempersiapkan kondisi yang tidak diharapkan di masa depan.
4. Siapkan dana darurat
Dalam kondisi apa pun, dana darurat tetap harus dipersiapkan. Dana darurat yang ideal bisa memenuhi kebutuhan pokok hingga enam bulan ke depan. Namun, jika Anda sudah berkeluarga atau memiliki tanggungan, maka dana darurat yang idealnya disiapkan adalah bisa memenuhi kebutuhan pokok dalam satu tahun ke depan.
Jika terpaksa sekali memerlukan dana darurat disaat tidak ada sumber penghasilan lain, Anda bisa memanfaatkan cicilan dan pinjaman dari Kredivo untuk kepentingan dana darurat. Bunganya ringan, hanya 2.6 persen per bulan untuk pinjaman tunai.
Selain itu, apabila Anda memerlukan dana darurat berupa kebutuhan sehari-hari yang bisa dibeli di e-commerce, Anda bisa menggunakan metode pembayaran paylater dari Kredivo, dengan bunga 0 persen saja untuk pembayaran 30 hari, serta cicilan 3 bulan. Jika ingin tenor lebih panjang lagi, akan dikenakan bunga rendah 2,6 persen per bulan, dengan pilihan tenor 6 dan 12 bulan.
Limit pinjaman juga mencapai Rp30 juta bagi member Premium yang memenuhi syarat. Namun, patut diingat bahwa semakin besar plafon yang diberikan makin tinggi juga standar kondisi finansial calon debitur.
5. Pastikan punya asuransi kesehatan
Kondisi pandemi membuat masyarakat makin sadar betapa pentingnya kesehatan. Selain itu, biaya kesehatan juga tidak murah. Pastinya Anda tidak mau ada kejadiaan di waktu sulit, lalu dihadapi oleh keluarga yang sakit, dan tidak memiliki asuransi sama sekali karena dapat memberatkan kondisi keuangan.
Karena itu, pastikan setiap keluarga punya perlindungan asuransi kesehatan untuk seluruh keluarga, minimal sudah tercover oleh BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan. (*)