TEMPO.CO, Cianjur – Irsyad Durahman, 42 tahun, lari pontang panting memberi tahu korban bencana gempa Cianjur yang ada di tenda pengungsian Cibereum Kaler, bahwa ada mobil bantuan yang sedang membagikan bantuan makanan dan selimut. Belasan pria yang sedang merapihkan area tenda pun meninggalkan kerjaannya dan langsung menyusul Irsyad ke jalan. Kaum ibu pun, sebagian ada yang ikut dan sebagian tetap tinggal di tenda meneruskan masak dan menjaga beberapa anak yang terserang demam.
"Tadi ada yang berhenti di pinggir jalan menanyakan korban bencana di mana, saya mau ajak tapi dia-nya enggak mau. Terus bilang bisa enggak ambil bantuannya ke mobil, ya, saya bilang bisa. Makanya saya lari ke tenda dan memberi tahu warga lainnya. Alhamdulillah setelah empat hari ini kita akhirnya punya tenda yang lebih layak dan ada selimut,” kata Irsyad kepada Tempo di posko Cugenang, Cianjur, Kamis, 24 November 2022.
Irsyad mengaku bukan meniadakan bantuan dari pemerintah. Sudah sejak malam pertama kejadian dia memohon bantuan terpal dan alas untuk bikin tenda pengungsi. Namun, tiga hari menunggu, permohonannya itu belum dikabulkan. Sebab tidak ada bantuan itu, korban gempa Cianjur yang masih usia anak dan balita mengalami demam dan orang dewasa pun mulai diserang sakit-sakitan.
“Ya mungkin karena kedinginan atau faktor cuaca. Kan kemarin sempat hujan juga, terus ada puting beliung. Soal bantuan memang sekarang harus menyertakan surat keterangan dari pemerintah desa, kemudian nanti kami bawa ke posko di kecamatan. Alasannya katanya biar tertib dan bantuan tidak saslah sasaran,” kata Irsyad.
Menunggu Distribusi Bantuan
Baca Juga:
Ketua Rukun Warga 03 Cibereum Hasan Maulana mengatakan saat ini pemerintah sudah memfokuskan pendistribusian bantuan kepada semua warga yang terdampak. Menurut Hasan, memang dibutuhkan waktu untuk bersabar karena pemerintah kecematan juga menunggu distribusi bantuan dari pemerintah kabupaten.
“Bantuan pemerintah kan dipusatkan di Pendopo Bupati dan kantor BPBD serta Dinas Sosial Cianjur, itu nanti dikirim ke posko-posko kecamatan. Nah nanti pihak kecamatan menghubungi (pemerintah) desa, selanjutnya dengan surat desa masing-masing koordinator tenda pengungsi mengambil bantuan itu sesuai dengan data dan jumlah korbannya yang sudah diberikan kemarin,” kata Hasan.
Untuk evakuasi korban yang masih tertimbun, Hasan mengatakan saat ini tetap dilakukan oleh petugas gabungan TNI, Polri, SAR, relawan dan karang taruna sebagai penunjuk atau guide lokasi yang disinyalir ada korban diu bawah reruntuhan gempa. Informasi yang diperoleh dirinya, saat ini fokus evakuasi dipusatkan di kecamatannya yakni Cugenang.
“Tadi Pak Presiden juga kan ke lokasi, enggak tahu sama siapa ke sananya. Tapi dalam kunjungan ke Cugenag tadi Pak Presiden melihat langsung untuk evakuasi di reruntuhan dan timbunan longsor karena di sana masih ada puluhan orang yang belum ketemu. Pak Presiden minta diutamakan evakuasi di Cugenang, karena menjadi wilayah terparah dan titik gempa,” ucap Hasan.
Saat disinggung perihal bantuan yang mulai berdatangan sejak hari kemarin, Hasan mengatakan banyak relawan atau pemberi bantuan yang menyalurkan langsung. Namun, ada juga yang mendistribusikan ke posko kecamatan dan desa. Sebab, menurut Hasan, banyak relawan yang sudah memiliki kontak relawan yang di sini atau pun keluarga yang menjadi korban juga.
“Alhamdulillah memang bantuan dari hari kemarin sudah banyak. Ada yang langsung, ada juga yang ngedrop bantuannya ke posko Kecamatan. Ada juga yang langsung ke korban, semisal keluarga atau temannya yang bekerja di luar Cianjur. Cuma saat ini, memang banyak yang mulai sakit. Terutama anak dan balita,” kata Hasan.
Khodijah, 38 tahun, memiliki dua anak. Anak pertama Fahrurozi, 11 tahun kini tinggal sama kakanya di kandang kambing milik tetangga karena di tenda sudah penuh. Anak keduanya, Siti Humaeroh, 8 tahun tinggal bersamanya dan saat ini sedang mengalami demam sudah dua hari sejak Selasa, 21 November 2022. Khodijah menyebut, kemarin sudah dibawa ke klinik dan diperiksa dokter.
“Kata dokter demam karena daya tubuhnya menurun. Alhamdulillah, pengobatannya gratis. Tapi obatnya dikasih sedikit, katanya dalam dua tiga hari tidak turun juga panasnya nanti suruh datang lagi ke sana. Suami saya ikut jadi relawan,” kata Khodijah saat ditanya suaminya selamat apa tidak.
Baca Juga: Korban Gempa Bumi Cianjur, Jenazah Ibu Hamil Tertimbun di Reruntuhan