TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kementerian Kesehatan, Muhammad Syahril, mengungkapkan pihaknya mengerahkan sejumlah tenaga kesehatan dan bantuan logistik untuk korban Gempa Cianjur, Jawa Barat. Mobilisasi itu dilakukan dikarenakan banyaknya fasilitas kesehatan yang rusak sehingga penanganan korban yang mengalami luka hingga meninggal dunia akibat gempa tak maksimal.
“Terdapat kerusakan di sejumlah fasilitas pelayanan Kesehatan. Saat ini masih dalam pendataan Kemenkes,” kata Syahril dalam keterangan pers pada, Selasa, 22 November 2022.
Kerjasama dengan berbagai pihak
Syahril menyatakan pihaknya telah melakukan kerja sama dengan sejumlah tenaga kesehatan untuk menangani korban gempa. Diantaranya adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan yang mengerahkan sebanyak 26 tenaga kesehatan dan tiga ambulan dan RSUP Hasan Sadikin yang mengirimkan tim dan mempersiapkan UGD untuk melayani pasien dari Cianjur.
Selain itu Kemenkes jugaa bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang menyalurkan tiga dokter spesialis bedah, satu tim medis dan satu ambulan. Ada juga bantuan dari Perhimpunan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia (PABOI) yang mengerahkan tiga dokter spesialis bedah ortopedi, dan lima petugas PSC (Public Safety Center) 119.
Salurkan bantuan kesehatan
Tidak hanya itu, Syahril menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan juga telah melakukan sejumlah bantuan logistik kesehatan kepada korban Gempa Cianjur. Di antaranya tenda rangka, velbed, kit operasional HEOC, obat-obatan, masker anak dan dewasa, APD, oksigen konsentrator, antigen kit, emergency kit, handscoon, body bag. pampers dewasa dan anak, paket kesling; serta family kit.
Sementara itu, Syahril mengungkapkan saat ini sejumlah fasilitas kesehatan terdampak akibat gempa yang terjadi di Cianjur. Hal tersebut berdasarkan data yang di dapatkan dari beberapa Dinas Kesehatan di wilayah Jawa Barat.
Prosedur penanganan korban gempa
Dalam menangani korban gempa, Syahril menjelaskan prosedur yang harus dilakukan saat menanggulangi situasi gawat darurat. Penanggulangan itu, kata dia, terbagi tiga yakni korban luka ringan, luka sedang, dan luka dengan kondisi kritis.
"Terdapat prosedur triase penanggulangan kegawatdaruratan. Bagi korban luka ringan dapat dilakukan rawat jalan dengan perawatan di Rumah Sakit Cimacan dan Rumah Sakit Dr. Hafiz. Untuk pasien dengan kondisi luka sedang, dilakukan perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara dan RS Lapangan TNI," ujar Syahril.
Lebih lanjut, Syahril mengatakan adanya korban gempa Cianjur juga terdapat pasien yang mengalami kondisi luka kritis. Ia mengatakan korban itu akan diarahkan ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pengobatan yang mumpuni.
"Sementara pasien yang memerlukan pengobatan dengan segera karena kondisi yang kritis dan membutuhkan operasi besar, dimobilisasi ke tiga rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Hasan Sadikin Badung, RSUD Kota Bogor, dan RS Sukabumi," tutur Syahril.
Gempa Cianjur terjadi pada Senin, 21 November 2022 pukul 13.21 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa tersebut berkekuatan magnitudo 5.6. Hingga pagi tadi Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur menyatakan gempa tersebut telah memakan korban hingga 162 orang.