TEMPO.CO, Jakarta -Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan Islam di Jawa yang melakukan perlawanan terhadap VOC Belanda. Meskipun demikian setelah tahta jatuh pada raja terakhir Mataram harus meminta bantuan pada VOC karena berada di ambang kehancuran.
Pasang Surut Awal Mataram dan Nama Raja
1. Masa Awal Pemerintahan Mataram
Mengutip dari jurnal berjudul Sejarah Perkembangan Mataram Islam Kraton Plered yang ditulis oleh Siswanta, menyatakan bahwa mulanya terjadi perebutan wilayah 'Pajang' yakni kekuasaan Hadiwijaya yang bergelar Panembahan Senopati oleh Raja Sutawijaya.
Pada saat itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah, mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan berada di hutan Mentaok, wilayah yang terletak di sebelah timur Kota Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang.
Baca juga : Menengok Cuplikan Sejaran Kerajaan Mataram Islam di Tanah Jawa
Lokasi keraton (tempat kedudukan raja) pada masa awal terletak di Kotagede. Sesudah ia meninggal kekuasaan dilanjutkan putranya Raden Mas Jolang yang setelah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati, namun dirinya mengalami kecelakaan hingga wafat.
Tahta beralih sebentar ketangan putra keempat Mas Jolang yang kemudian bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro mengalami sakit-sakitan. sehingga tahta beralih ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsang.
2. Sultan Agung (1613 - 1645)
Mengutip dari kebudayaan.jogjakota.go.id, Raden Mas Rangsang atau Sultan Agung dikenal sebagai raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627-an dan setelahnya.
Tepatnya setelah empat belas tahun Sultan Agung memimpin kerajaan Mataram Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Agung daerah pesisir seperi Surabaya dan Madura berhasil ditaklukkan.
Pada kurun waktu 1613-1645 wilayah kekuasaan Mataram Islam meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Kehadiran Sultan Agung sebagai penguasa tertinggi, membawa Kerajaan Mataram Islam kepada peradaban kebudayaan pada tingkat yeng lebih tinggi.
Sultan Agung memiliki berbagai keahlian baik dalam bidang militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya,yang menjadikan peradaban kerajaan Mataram pada tingkat yang lebih tinggi.
Tak lupa Sultan Agung memimpin dua kali penyerbuan militer ke penjajah VOC Belanda di Batavia yang menguasai pelabuhan penting wilayah Jayakarta. Pada invasi kedua, bala tentara Mataram sukses melemahkan Batavia dan menewaskan Gubernur Jenderal Hindia Belanda J.P. Coen.
3. Amangkurat Agung (I)
Setelah sepeninggal Sultan Agung, mengutip dari p2k.unkris.ac.id, Raden Mas Sayyidin atau bergelar Amangkurat I mendapatkan warisan Sultan Luhur berupa wilayah Mataram yang sangat lebar.
Dalam hal ini dia menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat. Amangkurat I juga menyingkirkan tokoh-tokoh senior yang tidak sejalan dengan pandangan politiknya. Misalnya, Tumenggung Wiraguna dan Tumenggung Danupoyo tahun 1647 dikirim untuk merebut Blambangan yang telah dikuasai Bali, namun keduanya dibunuh di tengah jalan.
Pada tahun 1647 ibu kota Mataram dipindah ke Plered. Istana baru ini semakin banyak dibangun dari batu bata, sedangkan istana lama di Kerta terbuat dari kayu. Perpindahan istana Mataram Islam tersebut diwarnai pemberontakan Raden Mas Alit atau Pangeran Danupoyo, adik Amangkurat I yang menentang penumpasan tokoh-tokoh senior.
MELINDA KUSUMA NINGRUM
Baca juga: Kompleks Makam Raja Imogiri, Terbagi 3 Wilayah Mengikuti Perjanjian Giyanti
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.