Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menengok Cuplikan Sejarah Mataram Islam di Tanah Jawa

image-gnews
Ajang silaturahmi empat Dinasti Mataram Islam di Yogyakarta dan Surakarta, Catur Sagotra digelar Jumat malam 22 Juli di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta. Dok. Pemda DIY.
Ajang silaturahmi empat Dinasti Mataram Islam di Yogyakarta dan Surakarta, Catur Sagotra digelar Jumat malam 22 Juli di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta. Dok. Pemda DIY.
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta -Kerajaan Mataram Islam berdiri pada abad ke-17 di Pulau Jawa. Kerajaan ini dipimpin oleh keturunan Ki Ageng Pemanahan, sebagai suatu kelompok ningrat keturunan penguasa Majapahit. 

Menurut Adrisijanti dan Inajati dalam buku berjudul Arkeologi Perkotaan Mataram Islam Dulunya kerajaan ini adalah suatu Kadipaten di bawah Kasultanan Pajang, berpusat di "Hutan Mentaok".

Cikal Bakal Mataram Islam

Raja atau Sultan pertama adalah Sutowijoyo (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan. Berkat keberhasilannya membunuh Arya Penangsang dalam perang perebutan tahta atas Demak, Kyai Ageng Pemanahan mendapat hadiah tanah di Mataram dari Sultan Pajang. Di tempat inilah Kyai Ageng Pemanahan dan pengikutnya kemudian membuka hutan untuk dijadikan tempat permukiman.

Semasa kejayaannya, kerajaan Mataram pernah menyatukan tanah Jawa dan juga sekitarnya, termasuk Madura. Mataram adalah salah satu kerajaan yang melakukan perlawanan terhadap VOC Belanda, namun pada akhirnya terdesak dan meminta bantuan VOC pada masa - masa akhir menjelang keruntuhannya.

Kerajaan Mataram tidak berbasis maritim, bahkan tidak memungkinkan untuk mendirikan pelabuhan di pantai laut selatan Pulau Jawa. Karena ombaknya terlalu besar dan berbahaya. Sehingga kasultanan Mataram tidak memungkinkan menjadi kerajaan Maritim karena pusat kerajaannya berada di pedalaman.

Baca juga : Kotagede Yogya Kembali Gelar Tradisi Srawung Kampung Wadah Guyub Warga Jaga Toleransi

Menurut Siswanta dalam jurnal berjudul 'Sejarah Perkembangan Mataram Islam Kraton Plered', Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris atau pertanian dan relatif tidak kuat dalam hal maritim.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kerajaan ini meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti kampung Mataraman di Batavia (sekarang bernama Jakarta Timur) dikuasai oleh Belanda. Sehingga di tahun 1628 dan 1629 Kerajaan Mataram pimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma menyerang Batavia. Penyerangan pertama gagal namun serangan kedua berhasil membunuh J.P. Coen. Basis penyerangan Kerajaan Mataram inilah yang sekarang disebut dengan daerah Matraman.

Sultan Agung adalah salah satu raja yang dikenal karena berbagai ekspansi wilayah sekaligus wawasan kebudayaannya, salah satunya mengembangkan kalender Jawa dengan memadukan tarikh Hijriah dengan Saka pada tahun 1633.

Setelah wafat dimakamkan di Imogiri, Yogyakarta, dia digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat Agung (I). Pada masa pemerintahan Amangkurat Agung ini, Mataram Islam telah berbelok haluan tidak lagi seperti pemerintahan ayahnya yang menentang VOC. Akan tetapi justru bersekutu dengannya dan mendapat dukungan penuh dari VOC. Pergolakan pun silih berganti dan perpecahan wilayah tak terelakkan.

MELINDA KUSUMA NINGRUM

Baca juga : Daftar 10 Kerajaan Islam di Indonesia dan Peninggalannya

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Rekam Jejak Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia: Memilih Bersama NKRI

10 hari lalu

Sultan Hamengkubuwono IX setelah dinobatkan, 18 Maret 1940. Dok. Perpustakaan Nasional/ Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Rekam Jejak Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia: Memilih Bersama NKRI

Kontribusi Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia terekam dalam sejarah. Ia mendukung Sukarno-Hatta dengan segala daya upaya.


36 Tahun Sultan Hamengkubuwono IX Wafat, Banjir Air Mata Menuju Imogiri

11 hari lalu

Prosesi pemakaman Sultan Hamengkubuwono IX. Foto: Istimewa
36 Tahun Sultan Hamengkubuwono IX Wafat, Banjir Air Mata Menuju Imogiri

36 tahun lalu, ribuan orang turut mengantarkan Sri Sultan Hamengkubuwono IX ke peristirahatannya yang terakhir di Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri.


Korban Kecelakaan Bus Pariwisata di Imogiri Bantul: 3 Tewas, Puluhan Penumpang Masih Dirawat di RS

9 Februari 2024

Bus wisatawan terguling di jalur wisata menuju Hutan Pinus Mangunan Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Yogyakarta Kamis, 8 Februari 2024. Dok. Istimewa
Korban Kecelakaan Bus Pariwisata di Imogiri Bantul: 3 Tewas, Puluhan Penumpang Masih Dirawat di RS

Puluhan penumpang korban kecelakaan bus pariwisata di Imogiri Bantul masih menjalani perawatan di rumah sakit.


Peringatan Kenaikan Tahta ke-20 Raja Keraton Surakarta, Digelar Sederhana Tapi Tetap Khidmat

6 Februari 2024

Raja Keraton Surakarta Paku Buwono (PB) XIII (duduk di kursi roda) menghadiri rangkaian acara Tingalandalem Jumenengan ke-20 atau peringatan kenaikan tahta Raja Keraton Surakarta, Selasa, 6 Februari 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Peringatan Kenaikan Tahta ke-20 Raja Keraton Surakarta, Digelar Sederhana Tapi Tetap Khidmat

Acara kenaikan tahta Raja Keraton Surakarta dihadiri 300 undangan termasuk pimpinan trah Mataram Islam


200 Tahun Sultan Hamengku Buwono IV Mangkat, Begini Kedekatannya dengan Pangeran Diponegoro

8 Desember 2023

Sri Sultan Hamengku Buwono IV. Dok. Kraton Jogja
200 Tahun Sultan Hamengku Buwono IV Mangkat, Begini Kedekatannya dengan Pangeran Diponegoro

Sri Sultan Hamengku Buwono IV meninggal 200 tahun lalu. Banyak kisah kedekatannya dengan Pangeran Diponegoro.


Kebakaran di Gunung Penanggungan, Gunung Suci di Mojokerto dalam Prasasti Cunggrang dan Kisah Bujangga Manik

3 November 2023

Gunung Penanggungan. TEMPO/Abdi Purmono
Kebakaran di Gunung Penanggungan, Gunung Suci di Mojokerto dalam Prasasti Cunggrang dan Kisah Bujangga Manik

Gunung Penanggungan kebakaran pada Kamis, 2 November 2023. Bagaimanakah profil dan sejarah gunung suci yang disebut dalam prasasti dan kisah kuno?


Prosesi Pemakaman Sultan Hamengkubuwono IX, Hujan Tiba-tiba Turun di Washington dan Yogyakarta

2 Oktober 2023

Prosesi pemakaman Sultan Hamengkubuwono IX. Foto: Istimewa
Prosesi Pemakaman Sultan Hamengkubuwono IX, Hujan Tiba-tiba Turun di Washington dan Yogyakarta

Pada Ahad, 2 Oktober 1988, Sultan HamengkuBuwono IX wafat. Profesi pemakamannya diantar ribuan orang hingga ke Makam Raja Imogiri.


Abdi Dalem 2 Keraton Mataram Ikut Tradisi Jenang Suran di Makam Raja Kotagede

12 Juli 2023

Tradisi Jenang Suran segera digelar pada 18 Juli 2023 di Komplek Makam Raja Raja Kotagede Yogyakarta. Dok.istimewa
Abdi Dalem 2 Keraton Mataram Ikut Tradisi Jenang Suran di Makam Raja Kotagede

Tradisi Jenang Suran merupakan tradisi yang sudah ada sejak masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja ke-3 Kesultanan Mataram.


Cara Yogyakarta Angkat Sejarah Kotagede yang Jadi Ibu Kota Pertama Mataram Islam

29 Mei 2023

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Pemkot Yogyakarta
Cara Yogyakarta Angkat Sejarah Kotagede yang Jadi Ibu Kota Pertama Mataram Islam

Peserta pawai Alegoris itu berasal dari 12 sanggar seni di Kota Yogyakarta bagian selatan.


Rangkaian Tradisi Sambut Ramadan di Dekat Kawasan Makam Raja Imogiri Bantul Yogyakarta

9 Maret 2023

Suasana Pasar Nyadran Agung di Imogiri Bantul Yogyakarta menyambut bulan Ramadhan 1444 Hijriah. Dok. Istimewa
Rangkaian Tradisi Sambut Ramadan di Dekat Kawasan Makam Raja Imogiri Bantul Yogyakarta

Menjelang Ramadan tahun ini, wisatawan bisa menyambangi kawasan Imogiri untuk meihat tradisi penyambutan bulan suci di sana.