TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Advokasi dan Kajian Demokrasi Public Virtue Research Institute (PVRI) mengecam tindakan represi yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat di Probolinggo, Jawa Timur terhadap aktivis Greenpeace Indonesia.
Kelompok aktivis itu mendapat gangguan saat sedang bersepeda dari Jakarta menuju Bali, sebagai bentuk kampanye Chasing the Shadow menjelang Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 di Bali.
Direktur Eksekutif PVRI, Miya Irawati mengatakan kegiatan KTT G20 Bali 2022 tidak semestinya menjadi ruang antikritik.
“Pemerintah harus tegas dalam melindungi serta menjamin kebebasan masyarakat dalam menyampaikan pendapatnya di muka umum. Hal tersebut dapat menjadi pesan penting terhadap dunia bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen dalam menciptakan pemerintahan yang demokratis,” ujar Miya dalam keterangannya, Rabu, 9 November 2022.
Miya menyebut penghadangan ini menjadi salah satu bentuk regresi demokrasi di Indonesia. Menurut dia, proses kemunduran demokrasi di Indonesia juga dipengaruhi akibat ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat.
Baca juga: Tim Pesepeda Chasing the Shadow Greenpeace Diintimidasi di Probolinggo
“Tidak boleh ada pembiaran terhadap kekerasan! Justru perlindungan pemerintah terhadap ruang-ruang berpendapat masyarakat dapat menjadi arus balik di tengah tren regresi demokrasi dunia, utamanya di Indonesia,” tutup Miya.
Sebelumnya, tim pesepeda Greenpeace Indonesia yang tengah melakukan kampanye Chasing the Shadow dihadang sekelompok orang tak dikenal pada 7 November 2022. Tim aktivis itu mendapat intimidasi dari orang-orang yang mengaku sebagai perwakilan warga Probolinggo saat sedang singgah di kota tersebut.
"Salah satu teman kami yang ikut dalam rombongan dipaksa membuat surat pernyataan dengan tanda tangan di atas materai agar tidak melanjutkan perjalanan, atau tidak melakukan kampanye apa pun selama KTT G20 di Bali," tulis Greenpeace dikutip dari siaran persnya, Selasa, 8 November 2022.
Dugaan represi, menurut Greenpeace, semakin meningkat saat tim bergerak dari Semarang menuju Surabaya. Tim Chasing the Shadow mengalami teror berupa pengintaian dari orang tidak dikenal dan indikasi perusakan kendaraan.
"Puncaknya terjadi dalam perjalanan menuju Probolinggo. Ancaman jika kami melanjutkan perjalanan disampaikan secara terang-terangan, baik secara lisan maupun melalui penggembosan ban kendaraan," ujar Greenpeace.
Selain itu, beberapa acara dan kampanye yang digawangi oleh aktivis iklim dibatalkan hingga mendapatkan penghadangan, intimidasi, serta dugaan peretasan alat komunikasi.
Pada 5 November 2022, acara bertajuk “Ruang Aspirasi dan Seni Anak Muda Bali untuk Iklim” dibatakan karena adanya larangan menyelenggarakan kegiatan yang menimbulkan keramaian selama KTT G20.
Baca juga: Pemda Bali Persiapkan Evakuasi Bencana Banjir hingga Kebakaran saat KTT G20
M JULNIS FIRMANSYAH