TEMPO.CO, Jakarta - Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Aisyiyah akan menggelar muktamar ke-48 yang berlangsung di Solo pada 18-20 November 2022 dengan pendekatan go green. “Kita mulai dengan green muktamar, atau muktamar zero sampah. Kita tidak akan menyediakan air mineral dalam botol plastik untuk mengurangi sampah,” kata Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti dalam media gathering dengan Pemimpin Redaksi pada Senin malam, 7 November 2022.
Pengenalan green muktamar ini mengharuskan peserta untuk membawa botol atau tumbler dan peralatan makan sendiri. “Dengan botol itu, peserta bisa mengisi ulang selama gelaran muktamar,” ujar guru besar bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Aisyiyah Ajak Peserta dan Penggembira Muktamar Minimalisasi Sampah
Dalam surat edaran Pimpinan Pusat Aisyiyah pada 27 Oktober 2022 yang ditandatangani Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana atau LLHPB Aisyiyah, Nurni Akma, muktamar ke-48 akan bertekad mengurangi sampah. “LLHPB Aisyiyah bekerjasama dengan Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Muhammadiyah mengajak seluruh muktamirin dan penggembira melaksanakan green muktamar dengan Gerakan Muktamar Resik, untuk mewujudkan muktamar yang bersih dan seminim mungkin menggunakan kantong/wadah/kemasan plastik sekali pakai,” demikian surat yang tertulis dalam edaran itu.
Nurni menuturkan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengakui bahwa pada 2020 total produksi sampah nasional telah mencapai 67,8 juta ton. Artinya, ada sekitar 185.753 ton sampah dihasilkan setiap hari oleh 270 juta penduduk. “Atau setiap penduduk memproduksi sekitar 0,5 - 0,68 kilogram sampah per hari,” kata dia.
Simak: 92 Nama Masuk Calon Ketua Umum di Muktamar Muhammadiyah Ke-48
Pada perhelatan Muktamar Muhammadiyah – Aisyiyah ke-48 selama tiga hari itu, diperkirakan akan dihadiri sebanyak 1,2 juta orang per hari. “Jika setiap orang memproduksi sampah 0,5 kg per hari, maka diperkirakan akan muncul timbulan sampah sebanyak 600 ton per hari,” ujarnya.
Muktamar, menurut dia, harus menampilkan wajah Islam yang bersih, indah, dan bermartabat. Karena itu, muktamar seyogyanya menjadi kegiatan dengan nol sampah. “Kita akan meminimalisasi sampah plastik, makanan, hingga perlengkapan dan peralatan,” tuturnya.
Muktamar yang zero sampah atau disebut Muktamar Resik, perlu dilakukan oleh semua pihak yang hadir di acara itu. Caranya, “setiap peserta dan penggembira muktamar diwajibkan menggunakan kantong/wadah/kemasan plastik sekali pakai, dan menggantinya dengan wadah yang bisa digunakan secara berulang,” kata Nurni. Begitu juga penggunaan peralatan makan berupa lunch box yang bisa dipakai berulang kali.
Kurangi Sampah Makanan, Ambil Seperlunya
Adapun pengurangan sampah, kata Nurni, merujuk data yang dirilis oleh Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2021. Sampah sisa makanan menempati persentase terbesar dibandingkan jenis sampah lainnya, yakni sebesar 40.4 persen. Ia meminta, peserta dan penggembira mengambil makanan secukupnya agar tidak menimbulkan sisa sampah makanan.
Selain itu, peserta dan penggembira diwajibkan bertanggungjawab atas sampahnya sendiri, dengan cara memilah dan membuang sampah pada tempat sampah yang telah disediakan. "Setiap peserta dan penggembira diwajibkan mengurangi berbagai jenis sampah lainnya, di antaranya dengan cara membawa sapu tangan untuk mengurangi pemakaian tisu; mengurangi penggunaaan karton, kertas, dan kaleng; dan tidak menggunakan styrofoam.
Baca juga: Muhammadiyah: Kontestasi 2024 Harus Jadi Ajang Tampilnya Sikap Negarawan