TEMPO.CO, Jakarta - Tepat pada 38 tahun silam pada 29 Oktober 1984, ledakan dahsyat terjadi di sebuah gudang peluru milik Korps Marinir Angkatan Laut, Jalan Cilandak KKO, Jakarta Selatan. Untuk merangkum kejadian ini, berikut adalah fakta-fakta yang perlu anda ketahui untuk mengenang peristiwa tragis ini. Simak faktanya ini:
Banyak Ledakan di Berbagai Titik
Dikutip dari Majalah Tempo edisi 3 November 1984, kompleks ini memiliki enam gudang yang dipakai untuk menyimpan segala kebutuhan militer. Di antaranya adalah sejumlah peluru tembak, bom, ranjau, dan granat. Ada pula ranjau untuk tank dan peluru roket yang dinilai dapat mengakibatkan seseorang muntah darah dan jantungnya berdebar hanya dengan jarak 100 meter saja.
Musibah tak sedahsyat seperti yang ada di film-film, namun ledakan bom nuklir ini disinyalir dapat merusak kaca-kaca rumah habis rontok dalam jarak dua kilometer. Bukan hanya kaca jendela kamar yang pecah, langit-langit eternit banyak yang copot dan lampu-lampu neon pun jatuh pecah.
Tidak lama setelah kebakaran terjadi, peluru yang diharapkan tidak akan meledak lebih dahsyat nampaknya menyasar ke sebuah bangunan Rumah Sakit Fatmawati di bagian belakang. Padahal jarak rumah sakit terbilang jauh, sekitar 2,5 kilometer dari pusat bencana. Hal tersebut membuat terjadinya percikan kecil kebakaran, namun masih bisa dipadamkan dan tak ada korban untuk satu itu.
Sementara suasana di kompleks Marinir TNI AL itu bak medan perang. Empat mobil pemadam kebakaran didatangkan sesegera mungkin. Begitu mereka menyemprotkan air, ada sejumlah titik letusan api lagi di berbagai area. Hal ini pun membuat mereka perlu mengerahkan segala kekuatan, bahkan para anggota Marinir dikerahkan untuk ikut menyelamatkan tank dan panser.
Baca: Kronologi Ledakan Gudang Amunisi Kopaska Versi TNI
Penyelamatan dan Evakuasi
Situasi yang digambarkan seperti zaman perang ini membuat warga perlu dievakuasi dari sumber bencana. Penduduk kawasan Cilandak berlarian dari sisi timur ke arah Pasar Minggu. Adapun para evakuator yang membuka berbagai pos darurat untuk disinggahi seperti di daerah Stasiun Pasar Minggu, masjid sekitar kawasan bencana, sebuah sekolah dasar di utara pertigaan Jalan Pasar Minggu, sampai Kalibata.
Dari laporan radio 2 meter pada gelombang 144.810 KH diketahui bahwa Panglima ABRI Jenderal L.B. Moerdani, Pangdam V Jaya Mayor Jenderal Try Sutrisno, Kepala Kepolisian RI Jenderal Anton Sudjarwo, dan Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Mayjen Soedarmadji meninjau langsung ke sekitar lokasi.
Total Korban dan Kerugian
Di Rumah Sakit Pertamina, tercatat korban luka dan dua orang tewas. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, 11 orang terluka dan 6 tewas. Salah seorang korban tercatat sebagai anggota staf Sekjen Departemen Pertanian bernama Muchlis Darisan. Muchlis dan para sejawatnya sedianya akan mengikuti penataran informasi data sampai Rabu pekan itu di Wisma Tani Pasar Minggu.
Kebakaran ini dapat dihitung telah meludeskan 2.000 ton amunisi yang terdiri dari peluru roket BM-14 (Rusia), howitzer 122 milimeter, mortir, granat, dan lainnya. Sementara sumber dari ledakan diduga disebabkan oleh peluru mortir 80 milimeter buatan Yugoslavia. Sebab jenis peluru ini memakai mesiu cair.
Presiden Soeharto menyempatkan untuk berkunjung ke tempat kejadian. Seperti disiarkan TVRI dalam Dunia Dalam Berita, Soeharto dengan pakaian dan tongkatnya bersama Jenderal Benny menengok ke lokasi kejadian. Total kerugian setidaknya mencapai Rp 1,3 miliar
Bukan yang Pertama Kalinya
Ledakan ini bukan yang pertama kali. Juli sebelumnya, di gudang peluru Marinir AL ini juga terjadi kecelakaan. Tapi waktu itu ledakan tak begitu besar dan yang meledak hanyalah gudang berisikan peluru bekas. Namun yang membuat panik ialah gudang-gudang peluru yang ada didekatnya dapat terimbas juga, namun hasilnya ternyata tidak.
Jauh sebelum kejadian ini, ledakan gudang amunisi juga terjadi secara besar-besaran pada 24 Maret 1946. Saat itu Gudang Amunisi Tentara sekutu di Bandung di ledakan oleh Mohammad Toha.
Mengenang Ledakan 1984
Peristiwa ini terjadi menjelang HUT Marinir ke-39, 15 November dan menjadikannya sebagai refleksi terhadap kejadian terssebut. Selain itu, artis yang sedang naik daun waktu itu, Iwan Fals, mencoba mengenang peristiwa ini dalam lantunan lagunya berjudul Annisa. Namun, lagu ini tak pernah rilis secara resmi. Ada beberapa penggalan lirik yang secara tersirat sangat merujuk pada kejadian ledakan ini. Begini bunyinya
"Akhir Oktober tujuh bulan usiamu. Tanpa sajen rujak tujuh rupa. Bagaimana mungkin adakan selamatan? Banyak pasar yang tutup sebab Cilandak meledak (kena mortir)."
FATHUR RACHMAN
Baca juga: Beda Ledakan Gudang Amunisi Priok dengan Cilandak
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.