TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Andi Arief, menanggapi pernyataan mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla alias JK, soal pencarian Cawapres bagi Anies Baswedan. Sebelumnya, JK mengatakan pencarian wakil bukan semata-mata dinilai dari popularitasnya, melainkan pengalaman membantu Presiden.
Andi menjelaskan, pernyataan JK bisa menjadi salah satu opsi dalam menentukan pendamping Anies. Kendati demikian, ia menilai Cawapres hendaknya juga bisa mendongkrak suara Capres.
“Apa yang dikemukakan JK adalah salah satu opsi. Tapi kita juga harus hitung dengan matang, dalam arti bahwa apakah pembantu Presiden itu bisa mendongkrak suara? Belum tentu,” kata Andi kepada Tempo, Sabtu, 29 Oktober 2022.
Pentingnya elektabilitas bagi Cawapres, menurut Andi, bisa dilihat pada Pemilihan Presiden tahun 2004. Saat itu, Partai Demokrat mengusung Susilo Bambang Yudhoyono yang menggandeng Jusuf Kalla. Mereka meraih kemenangan atas pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.
Meskipun demikian, elektabilitas Cawapres dianggap tak penting pada Pilpres 2009 saat pasangan SBY- Budiono mengalahkan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto dan Megawati - Prabowo.
“Kenapa Budiono menang bersama SBY? Karena waktu itu surveinya tinggi. Pak SBY sudah 60 persen, sehingga jadi pertimbangan untuk diajak bersama-sama. Nah Wapres ini cukup penting,” kata dia.
Menurut Andi, tanpa elektabilitas dan popularitas, kemenangan bakal lebih sulit diraih oleh pasangan Capres-Cawapres.
“Jadi elektabilitas dan popularitas itu penting. Kan yang namanya Pilpres itu ingin berkuasa. Itu dulu, bagaimana cara berkuasa, baru kita hitung menang. Saya kira Pak JK akan sangat mahir soal ini,” ujarnya.
Sebelumya, Jusuf Kalla mengatakan pencarian Cawapres bukan semata-mata dinilai dari popularitasnya. Hal itu dia nyatakan menanggapi hiruk pikuk Anies Baswedan mencari pasangan. Dia menyebut elektabilitas memang penting dalam Pemilu. Namun, JK mengatakan elektabilitas ini dilihat dari apa yang dikerjakan oleh sosok calon pemimpin tersebut saat ini.
“Tentu kalau dalam pemilu iya, tapi elektabilitas orang dilihat dari apa yang dikerjakannya sekarang. Orang akan menilai dia sanggup bekerja atau tidak,” kata dia.
Partai Demokrat bersama Partai NasDem dan PKS disebut akan mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden pada Pilpres 2024. Namun hingga saat ini ketiganya masih belum sepakat soal siapa yang akan mendampingi mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Demokrat menyodorkan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sementara PKS mengusulkan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. NasDem justru meminta Anies memilih tokoh di luar koalisi partai.