TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril membantah isu yang menyebut penyakit gagal ginjal akut pada anak diakibatkan karena efek long Covid-19. Dugaan ini pertama kali disampaikan oleh mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.
"Dari data dan pemeriksaan yang kami lakukan, semuanya menyingkirkan dugaan yang diakibatkan Covid-19 maupun long covid," ujar Syahril dalam konferensi pers secara daring, Kamis, 27 Oktober 2022.
Syahril menjelaskan, Kemenkes melakukan penelitian mencari penyebab gagal ginjal akut ini bersama IDAI, ahli toksikologi, dan epidemiologi. Pihaknya juga mengambil sample air seni, darah, hingga melakukan biopsi pada ginjal pasien meninggal.
Hasilnya, penelitian membuktikan para balita penderita gagal ginjal akut tidak pernah terinfeksi SARS-Cov-2.
"Jadi para balita ini kita tidak dapatkan suatu infeksi virus SARS-Cov-2 maupun riwayat sakit Covid. Dan tidak ada korelasi setelah kita melakukan kajian lebih dalam dari kasus gagal ginjal akut yang kita teliti," ujar Syahril.
Hasil penelitian membuktikan bahwa gagal ginjal diakibatkan obat batuk cair anak yang terkontaminasi bahan kimia berbahaya EG (ethylene glycol-EG), DEG (diethylene glycol-DEG), dan EGBE (ethylene glycol butyl ether) melebihi ambang batas. Zat kimia itu terdeteksi pada darah, urine, hingga ginjal penderita yang meninggal.
Per hari ini, jumlah penderita gagal ginjal akut mencapai 269 orang. Sebanyak 58 persen atau 157 di antaranya meninggal, lalu 24 persen atau 73 masih dirawat, dan 39 atau 14 persen dinyatakan sembuh.
Selain itu, Syahril membeberkan dari 269 kasus sebanyak 11 persen masuk dalam stadium 1, 7 persen stadium 2, 61 persen stadium 3, dan 20 persen lainnya belum teridentifikasi. Pemerintah terus melakukan surveillance untuk mencari kemungkinan adanya pasien gagal ginjal akut lainnya yang belum terdata.
M JULNIS FIRMANSYAH
Baca: Soal Obat Penyebab Gagal Ginjal Akut pada Anak, BPOM: Produsen Ubah Komposisi Tanpa Izin