TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan Rhenald Kasali menceritakan soal adanya pihak yang ingin menyembunyikan peristiwa yang sebenarnya saat mereka menelusuri peristiwa itu. Akan tetapi dia menyatakan bahwa masalah tersebut bisa diatasi karen para anggota TGIPF merupakan orang yang kompeten.
Rhenald tak menyebutkan pihak mana yang ingin menyembunyikan kejadian itu. Namun, dia menyatakan institusi tersebut awalnya tak mau memberikan data kepada TGIPF.
Baca Juga:
"Memang, sempat ada upaya dari salah satu institusi untuk tidak membagikan data. Tapi permasalahan ini bisa diatasi ketika tim meminta bantuan ke pakar," kata Rhenald melalui platform Twitter Space dalam acara Change.org Indonesia, Selasa, 18 Oktober 2022.
Lebih lanjut, Rhenald Kasali mengatakan TGIPF selalu memegang asas keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. “Dalam mencari fakta kami selalu berpegang pada bahwa keselamatan rakyat adalah dalil tertinggi,” ujar Rhenald.
Rhenald menyampaikan, dalam hasil investigasi TGIPF pihak yang disebut harus menjalankan rekomendasi itu. Ia menambahkan, juga untuk masyarakat yang bergerak melalui berbagai upaya.
“Sekarang ini era soft power seperti yang dilakukan lewat petisi di Change.org, harapannya mereka yang disebut bisa menjalankan rekomendasi,” katanya.
Rekomendasi TGIPF Tragedi Kanjuruhan
TGIPF Tragedi Kanjuruhan telah menyelesaikan tugasnya dengan mengirimkan laporan kepada Presiden Jokowi pada Jumat pekan lalu, 14 Oktober 2022. Dalam laporan setebal 124 halaman tersebut, TGIPF mengajukan rekomendasi kepada seluruh pihak terkait.
Kepada PSSI misalnya, TGIPF merekomendasikan agar Ketua Umum Mochamad Iriawan dan jajarannya mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban moral.
TGIPF juga meminta PSSI untuk menggelar Kongres Luar Biasa untuk mengangkat kepengurusan yang baru. Jika tidak dilaksanakan, TGIPF merekomendasikan agar pemerintah tidak memberikan izin pertandingan liga sepak bola profesional di bawah PSSI seperti Liga 1, Liga 2 dan Liga 3.
Kepada polisi, TGIPF merekomendasikan penyelidikan secara menyeluruh sejak dari keluarnya surat rekomendasi izin keramaian hingga penggunaan kekerasan berlebihan yang dianggap menjadi penyebab jatuhnya ratusan korban.
Polisi juga diminta mennyelidiki keterlibatan beberapa Aremania, sebutan untuk suporter Arema FC, awal yang masuk ke lapangan usai pertandingan itu. Mereka dianggap memprovokasi rekan-rekannya yang lain untuk ikut masuk ke lapangan. Polisi juga diminta menyelidiki keterlibatan Aremania dalam perusakan terhadap sejumlah fasilitas dan kendaraan.
PSSI dan Polri juga diminta untuk berkoordinasi untuk menyusun regulasi keamanan dan keselamatan pertandingan yang sesuai dengan standar FIFA. Menurut TGIPF, polisi seharusnya hanya melakukan supervisi dalam pengamanan di dalam stadion. Polisi juga bertanggungjawab dalam pelatihan tenaga profesional steward yang bertugas melakukan pengamanan di dalam stadion.
Selanjutnya, desakan agar PSSI menjalankan rekomendasi TGIPF