INFO NASIONAL – Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan bahwa upaya konservasi pari manta telah berdampak positif bagi peningkatan ekonomi melalui wisata bahari. Salah satu lokasi destinasi wisata pari manta berada di Laguna Wayag, Raja Ampat, Papua.
Wisata pari manta Indonesia menempati peringkat 3 di dunia dengan perkiraan pengeluaran wisatawan mendekati US$ 10,7 juta atau sekitar Rp165 miliar, dengan dampak ekonomi langsung lebih dari US$15 juta (sekitar Rp230 miliar) per tahun. Adapun nilai Pari Manta ketika dimanfaatkan dan digunakan secara berkelanjutan untuk pariwisata, nilainya sebesar US$ 1 juta (sekitar Rp15,4 miliar).
Data-data tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Victor Gustaaf Manoppo dalam Seminar Internasional di Jakarta bertajuk “Seberapa Efektif Pengelolaan Kawasan Lindung Laut Bermanfaat Bagi Konservasi dan Pariwisata Pari Manta” pada Selasa, 11 Oktober 2022. Seminar ini hasil kerja sama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (YKCI).
Victor menjelaskan bahwa melalui Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (Dit. KKHL), Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) telah melakukan berbagai upaya perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati, perbaikan ekosistem dan pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan.
Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) dan jaringan kawasan konservasi yang dikelola dengan baik telah berdampak positif pada pelestarian dan peningkatan kondisi sumber daya hayati serta menyediakan habitat yang aman bagi populasi spesies yang terancam punah untuk berkembang, termasuk pari manta.
“Dampak positif dari pengelolaan kawasan konservasi sudah mulai terlihat. Populasi manta karang di Raja Ampat bertumbuh sekitar 8 persen per tahun sejak 2009 yang merupakan populasi manta pertama dan satu-satunya di seluruh dunia yang dilaporkan tumbuh dan berkembang, tidak seperti kebanyakan populasi yang sebagian global sedang menurun” ujar Victor.
Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat yang berada dalam BLKB Papua mendapat penghargaan Blue Park tingkat emas pada Konferensi Kelautan PBB di Lisbon, Portugal pada Juli silam. Raja Ampat juga diumumkan menjadi lokasi pengasuhan pari manta pertama di dunia yang terkonfirmasi berada di Laguna Wayag.
Adapun Laguna Wayag yang terletak di Suaka Alam Perairan Waigeo Sebelah Barat, Kabupaten Raja Ampat telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Nasional melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 32 tahun 2022.
Plt. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenkomarves, Mochammad Firman Hidayat menegaskan usaha tersebut dilakukan pemerintah bagi kelestarian perairan di Indonesia.
“Pemerintah Indonesia melalui Kemenkomarves mendorong upaya pengelolaan ruang laut di Indonesia guna memberi dampak terhadap pertumbuhan ekonomi maritim, tentunya dengan pengelolaan yang tetap memperhatikan kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada di perairan, salah satunya pari manta,” katanya.
Sejalan dengan itu, itu Direktur Konservasi dan Keanekagaraman Hayati Laut Muh. Firdaus Agung Kunto Kurniawan membahas kebijakan pengelolaan pari manta melalui pembentukan kawasan konservasi dan perlindungan jenis ikan dalam mendukung neraca sumber daya laut untuk mendorong pencapaian target nasional dalam jangka panjang.
“Pengelolaan Pari Manta yang sudah dilakukan oleh banyak pihak masih perlu untuk terus ditingkatkan. Hasil penilaian pengelolaan Pari Manta baik pada level spesies maupun habitat sudah baik,” tuturnya.
Sedangkan Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Papua Barat, Charly D. Heatubun yang mewakili Gubernur Provinsi Papua Barat berbagi cerita tentang upaya provinsinya mengangkat peluang dan kisah sukses penerapan kebijakan daerah dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, khususnya untuk mendukung konservasi dan pariwisata laut.
Ketua Dewan Pengurus Konservasi Indonesia Meizani Irmadhiany menyampaikan apresiasi atas kolaborasi para pihak dalam upaya pengelolaan kawasan konservasi perairan di BLKB.
Pada semintar tersebut turut dilaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut dengan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (YKCI) dengan judul “Pengelolaan Ruang Laut, Pesisir, Pulau-pulau Kecil, Kawasan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Perairan” periode 2022-2025. (*)