TEMPO.CO, Jakarta - Kapolres Malang nonaktif Ajun Komisaris Besar Ferli Hidayat mengaku tidak memerintahkan secara langsung kepada anggotanya untuk melepaskan tembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Pernyataan Ferli itu diungkap oleh anggota Komisi Kepolisian Nasional atau Kompolnas Albertus Wahyurudhanto yang mengatakan telah melakukan konfirmasi langsung kepada Ferli soal penggunaan gas air mata untuk mengurai massa.
"Tidak ada perintah dari Kapolres untuk melakukan penguraian massa dengan tindakan excessive dengan gas air mata, tidak ada," ucap Wahyu.
Wahyu menjelaskan, Kapolres Malang nonaktif telah menjalankan tugasnya secara prosedural, dimana sudah ada tindakan antisipasi dengan memberikan arahan langsung kepada para personel yang bertugas saat apel sebelum pertandingan.
Menurutnya, tindakan pencegahan itu sudah disiapkan oleh Kapolres Malang nonaktif sebelum laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang tersebut dilaksanakan.
"Sudah disampaikan pada saat apel lima jam sebelumnya. Jadi ini memang kami melihat ada tindakan preventif yang sudah dilakukan, dari internal kepolisian, kapolres melihat secara prosedural sudah dijalankan," ujarnya.
Adapun soal pintu yang terkunci, Wahyu mengatakan Ferli tidak mengunci dan menutup pintu keluar dari Stadion Kanjuruhan.
"Sudah kami konfirmasi Kapolres, bahwa tidak ada perintah untuk menutup pintu. Sehingga harapannya memang 15 menit (sebelum pertandingan usai) itu dibuka, tetapi tidak diketahui mengapa ada pintu terkunci," katanya.
Seorang pendukung Arema FC Eko Arianto kepada Tempo mengungkapkan jika pintu keluar Stadion Kanjuruhan tertutup usai pertandingan.
Pria 29 tahun itu mengisahkan, saat Tragedi Kanjuruhan pecah, dia tengah berada di luar stadion. Setelah peluit panjang dibunyikan, dia mendengar lima tembakan gas air mata.
Tiba-tiba, dia mendengar suara jeritan dan orang menggedor di pintu 10. “Terdengar banyak yang menggedor dan menjerit,” katanya.
Eko mengatakan berhasil masuk ke dalam stadion dan menolong korban. Dia melihat di sana sudah seperti kuburan massal.
Tragedi Kanjuruhan pecah setelah pertandingan Arema FC versus Persebaya usai. Para penggemar Arema kemudian menuju lapangan, namun polisi memukul mundur mereka.
Tembakan gas air mata juga diarahkan ke tribun penonton yang mengakibatkan penoton berlarian panik keluar.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencopot Kapolres Malang Ajun Komisaris Besar Ferli Hidayat imbas dari tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan ratusan suporter Arema FC.
"Malam ini Bapak Kapolri mengambil keputusan menonaktifkan dan mengganti Kapolres Malang," kata Kadivhumas Polri Irjen Dedi Prasetyo, Senin, 3 Oktober 2022.
Baca juga: 2 Polisi Korban Tragedi Kanjuruhan Dapat Kenaikan Pangkat