TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku telah memberi perintah khusus kepada Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud Md usai Hakim Agung Sudrajad Dimyati ditetapkan sebagai tersangka korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jokowi meminta ada perubahan di bidang hukum atas kejadian ini.
"Saya liat ada urgensi sangat penting untuk mereformasi bidang hukum kita dan itu sudah saya perintahkan ke Menko Polhukam, jadi silakan tanyakan ke Menko Polhukam," kata Jokowi di Pangkalan TNI Angkatan Udara, Senin, 26 September 2022.
Tapi Jokowi tidak merinci perintah reformasi hukum yang dimaksud akan menyasar apa saja. Selebihnya, Jokowi menyebut yang paling penting adalah menunggu proses hukum yang ada di KPK sampai selesai. "Saya kira kita ikuti proses hukum yg ada di KPK," kata dia.
Sebelumnya, Sudrajad Dimyati menjadi Hakim Agung pertama yang terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK pada Rabu lalu, 21 September 2022. Ketua KPK Firli Bahuri menyampaikan bahwa kasus yang melibatkan sosok hakim agung ini bermula ketika Koperasi Simpan Pinjam Intidana menghadapi gugatan di Pengadilan Negeri Semarang. Gugatan pailit ini dilayangkan oleh 10 anggota KSP Intidana.
Baik di pengadilan tingkat pertama dan tinggi, gugatan tersebut ditolak sehingga naik dalam tingkat pengadilan kasasi. Di tingkat kasasi inilah, Dimyati diduga menerima uang sebesar Rp 800 juta guna memuluskan gugatan yang dilayangkan oleh para penggugat.
Secara keseluruhan, dalam OTT pada hari Rabu, 21 September 2022, KPK menyita uang tunai sebesar 202.000 dolar Singapura atau sekitar Rp 2,2 miliar.
Sudrajad Dimyati sempat tak lolos di uji kelayakan pada 2013
Berdasarkan catatan Tempo, Sudrajad Dimyati ternyata sempat tidak lolos dalam uji kelayakan dan kepatutan hakim agung yang berlangsung pada 2013.
Mantan Ketua Komisi III sekaligus salah satu pemimpin dalam uji kelayakan tersebut, I Gede Pasek Suardika, menyampaikan bahwa Dimyati tidak lolos menjadi hakim agung sebab ada kecacatan dalam rekam jejak.
Kecacatan yang dimaksud adalah dugaan suap antara Dimyati dan Bahruddin Nashori, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, yang berlangsung di toilet Komisi I. Tetapi, baik Dimyati maupun Bahruddin membantah bahwa keduanya terikat sebuah suap atau hasil lobi.