Para pelaku membawa keempat korban ke ke Jalan Kosong Lokpong yang menjadi lokasi mutilasi. KontraS menyatakan bahwa mereka sampai di lokasi mutilasi sekitar pukul 01.30 WIT.
Setelah menurunkan jasad korban, para pelaku memutilasi korban hingga beberapa bagian. Pelaku yang bertugas memutilasi adalah Pratu RA dan Roy menggunakan parang.
Menurut Kepolisian Resor Mimika, mutilasi berlangsung satu jam dari pukul 01.30- 02.30 WIT. Potongan tubuh korban dimasukan ke dalam 6 karung. KontraS menduga mutilasi ini sudah menjadi bagian dari rencana para pelaku. Pasalnya, karung tersebut sudah dipersiapkan sebelumnya.
“Karung-karung tersebut seolah-olah sudah disediakan di tempat tertentu. Artinya, ada unsur kesengajaan karena telah disiapkan di tempat tertentu setelah eksekusi dilakukan,” ujar Rivanlee.
Setelah dimutilasi, potongan tubuh korban dalam karung dibawa ke jembatan di Kamora yang menyebrangi Sungai Pigapu. Sekitar pukul 03.30 WIT tubuh korban dibuang satu per satu ke Sungai Pigapu.
Pelaku menghilangkan jejak dan kembali ke Mako Brigif
Untuk menghilangkan jejaknya, pelaku menuju Jalan Trans Nabire guna mencari lokasi pembakaran mobil yang ditumpangi korban. Sesampainya di lokasi galian C Distrik Iwaka pukul 04.30 WIT, pelaku Roy dan Pratu RO menyiram mobil dengan bensin secara bergantian kemudian membakar mobil Calya yang ditumpangi korban. Setelah membakar mobil, dua mobil tersisa kembali ke Mako Brigif dan tiba pukul 07.30 WIT.
KontraS mengatakan ada perbedaan antara versi keluarga korban dan versi kepolisian setelah pembunuhan. Keluarga korban meyakini setelah pembunuhan semua kendaraan itu dibawa ke Mako Brigif, markas para pelaku anggota TNI. Sementara kepolisian mengatakan hanya satu mobil dan satu motor tanpa jenazah yang menuju ke Mako Brigif untuk bertemu pejabat di sana.
“Apa yang dilakukan di Mako Brigif itu tidak diketahui secara detail. Dugaannya itu adalah pelaporan terhadap eksekusi yang telah terjadi,” kata Rivanlee.
Selanjutnya, tudingan bahwa 4 korban terlibat gerakan separatis tak terbukti