TEMPO.CO, Jakarta - Reaksi PDIP atas pidato Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY kembali mendapatkan balasan. Juru Bicara DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra menyebut PDIP tak perlu reaktif atas pidato itu.
Herzaky menjelaskan, pihak yang merasa tersinggung tidak perlu terlalu reaktif. Sebab, SBY hanya mengingatkan, bukan menuduh. Ia mengatakan pernyataan itu merupakan sinyal bagi para kader untuk tidak lengah dan harus intensif menjaga soliditas partai.
“Supaya pihak-pihak mereka berniat menurunkan niatnya. Beliau sudah santai, fokus, namanya juga mantan presiden informasinya dari pihak yang tinggi, bukan sembarangan. Tidak perlu reaktif dan kebakaran jenggot, kecuali kalau ternyata niatnya ketahuan, itu baru reaktif,” ujar Herzaky saat dihubungi, Senin, 19 September 2022.
SBY disebut hanya mengingatkan kadernya
Pernyataan SBY di forum internal partai pada acara Rapimnas Partai Demokrat pekan lalu itu, menurut Herzaky, hanya untuk menyemangati dan menghidupkan semangat para kader dalam rangka konsolidasi. Presiden Indonesia ke-6 itu, kata dia, berusaha mengingatkan kader berdasarkan informasi yang didapatkan.
“Pak SBY ingatkan harus waspada terhadap potensi-potensi yang berupaya membuat 2 pasang calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), padahal rakyat ingin ada 3 nama calon,” kata Herzaky saat dihubungi, Senin, 19 September 2022.
Dia mengatakan dalam pidatonya, Presiden Indonesia periode 2004-2009 dan 2009-2014 itu menilai ada pihak yang berupaya menggergaji niat partainya untuk mengusung calon presiden dan wakil presiden. Menurutnya, sebagai guru bangsa dan orang tua, SBY ingin mengingatkan para kadernya.
“Namanya guru bangsa, orang tua, apa salahnya? Beliau ingatkan hati-hati dengan potensi upaya seperti itu,” kata dia.
Selanjutnya, pidato SBY ditanggapi PDIP