TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dan Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs Khoirul Umam menilai cepatnya Kementerian Hukum dan HAM mengesahkan kepengurusan baru Partai Persatuan Pembangunan atau PPP versi Muhammad Mardiono mengindikasikan ia didukung kekuatan politik yang besar. SK tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly pada Sabtu kemarin, 9 September 2022.
Dengan begitu, kubu Mardiono hanya butuh 5 hari kerja untuk mendapatkan pengesahan SK Kemenkumham. Khairul meyakini operator politiknya mengejar target fase perbaikan dokumen verifikasi Parpol di KPU yang akan dilakukan 18-28 September mendatang.
“Mengingat Suharso dan penggantinya, Mardiono, sama-sama berada di dalam struktur pemerintahan, masing-masing sebagai Menteri Bappenas dan Anggota Wantimpres, maka dapat dipahami bahwa operasi politik penggusuran Suharso ini tetap berada di dalam kontrol kekuasaaan,” kata Khoirul Umam dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 10 September 2022.
Ada kekuatan politik yang ingin mengamankan pilihannya pada Pilpres 2024
Menurutnya, ada kekuatan politik yang ingin memainkan strategi untuk memuluskan agenda besar politiknya menuju Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024, yang tampaknya terhalang oleh keputusan politik Suharso. Besar kemungkinan hal ini terkait dengan keputusan PPP ikut membentuk sekoci politik bernama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dikabarkan dipersiapkan untuk nama tokoh potensial yang tidak direstui partai asalnya.
“Karena itu, meskipun Plt Ketum PPP Mardiono merupakan juru runding terdepan PPP di KIB, namun mencermati dinamika politik pasca pemberhentian Suharso ini, kemungkinan besar akan ada koreksi total terhadap pilihan koalisi PPP," kata Umam.
Baca Juga:
KIB sebelumnya digadang-gadang sebagai koalisi yang dibentuk oleh Presiden Jokowi untuk mengamankan calon presiden pilihannya. Jokowi belum secara gamblang menyatakan pilihan kepada salah satu tokoh, namun dia sempat memberi sinyal dukungan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat menghadiri Rakernas Relawan Projo pada Mei lalu.
Ganjar Pranowo sendiri sempat mendapatkan serangan dari rekan-rekan satu partainya karena dinilai terlalu mempromosikan diri untuk menjadi calon presiden.
Selanjutnya, PPP dinilai terancam terdepak dari Senayan